Teks
Pengantar Khotbah
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
Status Riwayat
Pengantar
khotbah di atas diriwayatkan dari enam sahabat. Mereka adalah: Ibnu Mas’ud, Abu
Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, Nubaith bin Syarith,
dan Aisyah radhiallahu ‘anhum.
Dalam
hal ini, kami hanya menyebutkan riwayat Ibnu Mas’ud.
عن أبي عبيدة بن عبد الله عن أبيه قال : عَلَّمَنَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةَ الْحَاجَةِ [ فِيْ النِّكَاحِ
وَغَيْرِهِ ] : إنَّ الْحَمْدُ لِلّهِ….الخ
Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajari kami khutbatul hajah … –sebagaimana lafal di atas–
….” (H.r. Abu Daud, An-Nasa’i, Al-Hakim, Daud Ath-Thayalisi, Imam Ahmad, dan
Abu Ya ‘la; dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)
Keterangan Umum
Pengantar
khotbah di atas disebut sebagai “khutbatul hajah“. Ada yang mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan “hajah” pada hadis ini adalah ‘akad nikah’, karena pada
acara inilah, umumnya seseorang membaca khutbatul hajah, yang umumnya tidak
dibaca pada kesempatan yang lain.
Hanya
saja, yang zahir, hadis ini bersifat umum untuk semua hajat dan kepentingan,
baik kepentingan akad nikah maupun lainnya. Karena itu, selayaknya seseorang
menggunakan pengantar khotbah ini untuk menyampaikan kepentingannya dan semua
rencana hidupnya. Demikian keterangan dari Imam Muhammad As-Sindi dalam
Hasyiyah (catatan kaki) untuk Sunan Nasa’i, 3:105.
Setelah
mengutip pendapat di atas, Syekh Al-Albani memberi komentar, “Pemaknaan ini
(‘hajah’ dimaknai dengan ‘nikah’) adalah pemaknaan yang lemah, bahkan keliru,
karena adanya riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikannya selain saat akad
nikah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 31)
Kapan Khotbah ini Diucapkan?
Hadis
di atas menunjukkan bahwa pengantar khotbah ini diucapkan ketika ada hajat dan
kebutuhan yang hendak disampaikan. Di antaranya adalah ketika hendak melakukan
akad nikah atau menyampaikan khotbah jumat. Terdapat keterangan lain,
sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut,
قَالَ شُعْبَة : قُلْتُ لِأَبِـي إِسحَاق
: هَذِهِ فِي خُطبَةِ النِّكَاحِ أَوْ فِي غَيْرِهَا ؟ قَالَ: فِـي كُلِّ حَاجَةٍ
Syu’bah
bertanya kepada gurunya, Abu Ishaq, “Apakah ini khusus untuk khotbah nikah atau
boleh dibaca pada kesempatatan lain?” Jawab Abu Ishaq, “Diucapkan pada setiap
acara yang penting.” (Sunan Al-Kubra, karya Al-Baihaqi, no. 13604)
Syu’bah
bin Hajjaj adalah salah satu perawi hadis yang menyebutkan tentang khutbatul
hajah.
Cara Baca
Untuk
lafal إن الـحَمْد لِلّهِ ada beberapa cara baca:
Huruf
nun pada kata إن ditasydid dan dal pada kata الـحَمْد diberi
harakat fathah, sehingga dibaca إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ.
Huruf
nun pada kata إن ditasydid
dan dal pada kata الـحَمْد diberi harakat dhammah, sehingga dibaca إنَّ الـحَمْدُ لِلّهِ. Hal ini sebagaimana keterangan Mula Ali Qari dalam kitab
Mirqah Al-Mashabih.
Huruf
nun pada kata إن tidak ditasydid dan dal pada kata الـحَمْد diberi
harakat dhammah, sehingga dibaca إِنِ الـحَمْدُ لِلّهِ. Ini sebagaimana keterangan Al-Jazari dalam Tashih Al-Mashabih.
Semua
keterangan di atas disarikan dari ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, 6:108.
Makna “Amma Ba’du”
Kata
“أَمَّا بَعْدُ” sering kita dengarkan setiap kali
seseorang menyampaikan pengantar khotbah. Bisa juga diungkapkan dengan: “وَبَعْدُ” . Keduanya bermakna sama, yaitu:
“adapun selanjutnya”.
Kalimat
ini disebut “فَصْلُ الخِطَابِ”
(kalimat pemisah). Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu
bahwa beliau mengatakan, “Orang yang pertama kali mengucapkan ‘amma ba’du’
adalah Nabi Daud ‘alaihis salam, dan itu adalah fashlal khitab.” (Al-Awail Ibni
Abi Ashim, no. 188; Al-Awail Ath-Thabrani, no. 40)
وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ
وَفَصْلَ الْخِطَاب
“Kami kuatkan kerajaannya serta
Kami berikan ilmu dan fashlul khitab.” (Q.s. Shad: 20)
Kalimat
ini digunakan untuk memisahkan mukadimah dengan isi dan tema khotbah. Ini
merupakan bagian dari perhatian seseorang terhadap ceramah yang disampaikan.
Demikian keterangan Syekh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumthi’, 1:7.
Anjuran Para Ulama
Imam
Abu Ja’far Ath-Thahawi mengatakan, dalam mukadimah kitab beliau, Musykilul
Atsar, “Saya mulai kitab ini dengan pembukaan ketika menyampaikan hajat,
sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan
dari berbagai jalur, yang akan kami sebutkan –insya Allah– sebagai berikut.
Innal hamda lillah ….” (Musykilul Atsar, 1:3)
Syekh
Muhammad Hayat As-Sindi mengatakan, “Selayaknya, seseorang menggunakan
pengantar khotbah ini untuk menyampaikan kepentingannya dan semua rencana
hidupnya….” (Hasyiyah untuk Sunan Nasa’i, 3:105)
Imam
Asy-Syafi’i mengatakan, “Khutbatul hajah termasuk hal yang dianjurkan untuk
disampaikan pada awal semua akad, seperti: jual beli, akad nikah, atau yang
lainnya.” (Hasyiyah As-Sindi untuk Sunan Nasa’i, 3:105)
Setelah
mengutip perkataan Imam Syafi’i di atas, Syekh Al-Albani memberi komentar,
“Keterangan ulama yang menganjurkan pengucapan khotbah ini dalam jual beli atau
semacamnya adalah pendapat yang lemah, karena inti akad jual beli dan
semacamnya adalah ijab qabul …. Karena para sahabat yang berjumpa dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga manusia zaman sekarang ini pun, sering
melakukan akad tanpa diiringi dengan perkataan tertentu, namun menggunakan
gerakan yang menunjukkan keinginan adanya akad …. (Khutbatul Hajah, hlm. 32)
Syekh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, seseorang yang bergelar
muhadditsul ‘ashr (ahli hadis abad ini), menulis buku khusus tentang khutbatul
hajah. Beliau berharap, buku ini bisa menjadi motivasi bagi banyak orang untuk
menghidupkan kembali sunah pembukaan khotbah yang hampir hilang. Di akhir buku
Khutbatul Hajah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengatakan,
“Sesungguhnya, tujuan menulis risalah (buku kecil) ini adalah menyebarkan sunah
yang hampir sudah biasa ditinggalkan banyak orang. Karenanya, aku tujukan
kepada seluruh khatib, da’i, mudarris (pengajar), dan yang lainnya agar
betul-betul menghafalnya, menggunakannya untuk membuka khotbah-khotbah dan
ceramah mereka. Semoga Allah mewujudkan keinginan mereka dengan sebab khutbatul
hajah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 33)
Mukadimah Lainnya untuk Khotbah
Selain
khutbatul hajah di atas, masih banyak bentuk mukadimah khotbah lainnya. Hanya
saja, mukadimah tersebut tidak berlandaskan dalil, dan hanya merupakan kreasi
dari para da’i serta penceramah ketika hendak menyampaikan khotbahnya.
Bagi
Anda yang hendak menggunakan pengantar khotbah yang tidak ada dalilnya,
hendaknya tidak menggunakan pengantar khotbah yang berlebihan, dipaksa-paksakan
agar bersajak, dan mengandung pujian yang berlebihan kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena itu, untuk lebih aman, sebaiknya kita gunakan
pengantar khotbah yang pernah disampaikan oleh para ulama dalam buku-buku
mereka. Berikut ini beberapa pengantar khotbah yang sering digunakan oleh da’i.
Mukadimah Singkat
Mukadimah
1:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا
بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Segala
puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini; dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi petunjuk
kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa
kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”
Keterangan:
Mukaddimah ini merupakan surat al-A’raf, ayat
43. Pujian disampaikan oleh penghuni surga, ketika mereka telah melihat
kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka.
Mukadimah
2:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
Segala
puji bagi Allah yang memiliki segala perbendaharaan langit dan bumi, serta
bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dialah yang Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui.
Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Saba, ayat pertama.
Mukadimah
3:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا
الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya,
Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Keterangan:
Mukadimah ini merupakan surat Fathir, ayat 34.
Mukadimah
4:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى
عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا
Segala
puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepada hamba-Nya, dan
Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.
Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Al-Kahfi, ayat
pertama.
Mukadimah
5:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُونَ
Segala
puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta mengadakan gelap
dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan
mereka.
Keterangan:
Mukadimah ini ada di ayat pertama, surat
Al-An’am.
Mukadimah
6:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ
نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ
أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta pertolongan dalam
segala urusan dunia dan akhirat. Salawat dan salam tercurah untuk seorang
utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du ….
Mukadimah
7:
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، أَمَّا بَعْدُ
Segala
puji bagi Allah. Salawat dan salam tercurah untuk Rasulullah, para keluarganya,
sahabatnya, dan orang-orang yang tunduk lagi taat kepada beliau. Amma ba’du ….
Mukadimah
8:
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ،
أَمَّا بَعْدُ
Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam tercurah untuk seorang
utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du ….
Mukadimah
9:
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji
bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang nabi dan rasul yang
paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….
Mukadimah
10:
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلىَ رَسُولِهِ الْـمُصْطَفَى، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى، أَمَّا
بَعْدُ
Segala
puji hanya bagi Allah, dan cukup Dia. Salawat dan salam tercurah untuk seorang
utusan-Nya yang terpilih, keluarganya, sahabatnya, dan setiap orang yang
menempuh jalan hidayah. Amma ba’du ….
Mukadimah
11:
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ فِي كُلِّ زَمَانٍ
فَتْرَةً مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى
الْهُدَى وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الْأَذَى، يُـحْيَونَ بِكِتَابِ اللهِ الـمَوْتَى
وَيُبَصِّرُونَ بِنُورِ اللهِ أَهْلَ الْعَمَى، فَكَمْ مِنْ قَتِيْلٍ لِإِبْلِيْسَ
قَدْ أَحْيَوْهُ وَكَمْ مِنْ ضَالٍّ تَائِهٍ قَدْ هَدَوْهُ فَمَا أَحْسَنَ أَثَرِهُم
عَلَى النَّاسِ وَأَقْبَحَ أَثَرِ النَّاسِ عَلَيْهِمْ. يُنْفَوْنَ عَنْ كِتَابِ اللهِ
تَـحْرِيفَ الغَالِّينَ وَانْتِحَالَ الـمُبْطِلِينَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِينَ الَّذِيْنَ
عَقَدُوا أُلُوِيَّةَ البِدْعَةِ وَأَطْلَقُوا عِقَالَ الفِتْنَةِ فَهُمْ مَخْتَلِفُونَ
فِي الكِتَابِ مُخَالِفُونَ لِلْكِتَابِ مُجْمِعُونَ عَلَى مُفَارَقَةِ الكِتَابِ يَقُولُونَ
عَلَى اللهِ وَفِي اللهِ وَفِي كِتَابِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَتَكَلَّمُونَ بِالـمُتَشَابِهِ
مِنَ الكَلَامِ وَيُـخْدِعُونَ جُهَّالَ النَّاسِ بِمَا يُشْبِهُونَ عَلَيْهِمْ فَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ فِتَنِ الْمُضِلِّينَ، أَمَّا بَعْدُ
Segala
puji itu hanya menjadi hak Allah. Dialah Dzat yang memunculkan para ulama yang
masih saja tersisa di setiap zaman yang mengalami kekosongan rasul. Para ulama
tersebut mendakwahi orang yang tersesat kepada hidayah, dan mereka bersabar
atas berbagai gangguan. Dengan kitab Allah, mereka hidupkan orang-orang yang
hatinya sudah mati. Mereka perlihatkan cahaya Allah kepada orang yang buta mata
hatinya. Betapa banyak korban iblis yang berhasil mereka selamatkan. Betapa
banyak orang yang tersesat dan bingung berhasil mereka tunjuki jalan yang
benar. Betapa bagus pengaruh mereka di tengah-tengah manusia dan betapa jelek
balasan manusia terhadap mereka. Para ulamalah yang mengingkari penyelewengan
makna Alquran yang dilakukan oleh orang-orang yang berlebih-lebihan serta
pemalsuan yang dibuat oleh para pembela kebatilan. Yaitu, orang-orang yang
memasang tali bid’ah dan mengencangkan ikatan fitnah. Mereka memperdebatkan
kitabullah, menyelisihi Alquran, dan sepakat untuk keluar dari aturan Alquran.
Mereka berbicara atas nama Allah, tentang Allah, dan tentang kitabullah, tanpa
dalil. Mereka membicarakan tentang hal yang rancu dan menipu manusia-manusia
bodoh dengan kerancuan berpikir yang mereka sebarkan. Kami berlindung kepada
Allah dari ujian karena orang-orang yang sesat. Amma ba’du ….
Keterangan:
Mukadimah di atas merupakan mukadimah yang
disampaikan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya, Ar-Radd ‘ala Al-Jahmiyah wa
Az-Zanadiqah. Banyak ulama yang mengutip pengantar beliau untuk dijadikan
pembukaan khotbah atau pun ceramah yang bertajuk “Kesesatan dan Jalan
Menyimpang”.
No comments:
Post a Comment