(disajikan dalam Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam)
A. Pendahuluan
Menurut Al-Qur’an paling tidak ada empat fungsi sejarah yang terangkum dalam QS. Huud/11: 120
dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
Dari ayat di atas dapat dipahami, bahwa fungsi sejarah bagi manusia (Muslim) adalah sebagai 4 hal; (1) sebagai peneguh hati, (2) sebagai sumber kebenaran, (3) sebagai pengajaran, dan (4) sebagai peringatan.
Dengan sejarah umat Islam dituntut untuk berfikir (QS. Al-A’raf/7: 176) dalam arti menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan peringatan untuk menentukan langkah berikutnya dari suatu kesinambungan risalah dalam menggapai tujuan li ‘ila kalimatillah.
Selain menjelaskan fungsi sejarah, Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut Al-Qur’an, nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran, kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Alloh SWT yang mesti terjadi.
Pada dasarnya, di dalam Al-Qur’an tidak ada satupun ayat yang menyebut kata sejarah (tarikh) tetapi disebut kisah (al-qashash). Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sangat ilmiah dan sangat menantang untuk pembuktian kisah tersebut. Secara teoritis, disebut sejarah apabila memenuhi tiga unsur pokok, yaitu diketahui tempat kejadian, diketahui waktu kejadian, dan diketahui pelaku. Jika salah satu ketiga unsur pokok tidak terpenuhi, maka hal itu disebut kisah/cerita. Al-Qur’an berisi kisah yang nyata karena Al-Qur’an adalah kalamullah yang qath’i. Dengan kisah tersebut, justru menantang kaum ilmuwan untuk membuktikan informasi dalam ayat tersebut, ilmu arkeologi banyak menemukan jejak-jejak kaum umat terdahulu (lihat lebih lanjut pada kajian-kajian ilmiah Harun Yahya dalam http://www.harunyahya.com)
Nabi Muhammad Saw dan perjuangan dakwahnya disebut sejarah karena bisa diketahui berdasarkan ketiga unsur tersebut. Oleh karena itu di dalam buku Manhaj Haroki oleh Munir Ghaddban, seorang sarjana muslim yang memilki konsen terhadap dunia sejarah peradaban islam, sebagaimana yang dikutip arrahmah.com bahwa, ada lima tahap estafeta perjalanan Rasulullah dalam upaya menegakkan kalimat Allah, tahapan itu: (1) Siriyatud Da’wah Wa Sirriyatut Tandzim (dakwah tertutup dan struktur gerakan tertutup). (2) Jahriyatud Da’wah Dan Sirriyatut Tandzim (dakwah secara terbuka dan struktur gerakan tertutup). (3) Iqomatud Daulah (mendirikan negara). (4) Ad Da’wah Wa Tastbitu Da’aimmiha (negara dan pengukuhan ornament-ornamentnya). (5) Intisyarud Da’wah Fil Ardhi (menebarkan dakwah ke penjuru dunia).
Sir George Bernard Shaw memaparkan, adalah kaum orientalis sangat kagum terhadap perjuangan dakwah nabi Saw, adalah di usia 40 tahun mulai berdakwah hingga usia 63 tahun. Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan ke keagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal transformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas dua dekade.
Demikian juga, Annie Besant, mengatakan bahwa sangat mustahil bagi seseorang yang memperlajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusan-Nya. Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya merasakan kekaguman dan penghormatan kepada sang Guru Bangsa Arab tersebut.
B. Permasalahan
Kejayaan Islam yang terukir dalam sejarah peradaban manusia tentu tidak terlepas dari peran dan perjuangan nabi Muhammad Saw sebagai pembawa pesan kebaikan, kebenaran, dan rahmat dari Allah Swt. Dan bukti-bukti kejayaan itu hingga kini dapat dirasakan oleh siapa saja yang bermaksud menggalinya; sejak dari peradaban umat manusia hingga warisan agama yang oleh Voltaire disebut warisan agama alami yang wajar dan tidak dibuat-buat.
Maka, dalam kajian dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan untuk memfokuskan permasalahan yaitu potret perjuangan nabi Muhammad Saw sebelum hijrah ke Madinah (periode Mekah) dan ibrah bagi pengikutnya.
C. Pembahasan
1. Kondisi Arab Pra Islam
Sebelum Islam, kehidupan bangsa Arab ini dikenal dengan kehidupan Jahiliyah, yaitu suatu kehidupan yang terlepas dari ajaran agama, tidak bermoral, walaupun pada masa itu masyarakatnya menganut suatu agama, namun agama tersebut tidak berpengaruh dalam hidup mereka. Sehingga hukum yang berlaku pada masa itu adalah hukum rimba.
Segala macam sistem yang dapat dianggap sebagai suatu sistem politik seperti pengertian sekarang sebagaimana layaknya di negara maju masa itu, belum dikenal. Pada masa itu di daerah Tihama, Hijaz, Najd dan sepanjang dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab hanya mengenal hidup mengembara, berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan hatinya. Dasar hidup berpindah-pindah ini adalah kabilah yang selalu berpindah dan tidak mengenal suatu peraturan atau tata cara.
Sementara kondisi sosiokultural, sepeninggalan Nabi Isa, ajaran agama Allah yang dibawa dan disiarkannya makin lama makin luntur dan cahayanya makin suram. Manusia berangsur-angsur menjauhi dan menyimpang dari ajaran agama yang benar, perlahan-lahan dibawa oleh hawa nafsunya ke dalam jurang kehinaan dan kenistaan. Perikemanusiaan mengarah kepada sifat kebinatangan dan kebuasan, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, yang kuasa menginjak-injak yang dikuasainya, sehingga persaudaraan menjadi permusuhan, persatuan menjadi perpecahan, kesayangan menjadi kebengisan, dan penghambaan kepada Allah menjadi penghambaan kepada sesama manusia, berhala, api, binatang, kayu, dan batu. Demikianlah gambaran dunia, lima ratus tahun sesudah Nabi Isa di Eropa dan Afrika, di Persia dan Asia umumnya. Lebih-lebih di Tanah Arab pada zaman Jahiliyah, suatu zaman yang gelap gulita yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan.
Kehidupan beragama penduduk Mekkah pra-Islam ini digambarkan bahwa menjelang Muhammad diutus menjadi rasul mereka tetap menyembah berhala. Sebagai bukti dari tesis ini adalah istri Nabi Muhammad Saw. sendiri yaitu khadijah. Sewaktu anaknya Qasim dan Abdullah meninggal, untuk menenangkan hati dan pikirannya, dia membuat sesajen untuk dipersembahkan kepada berhala.
Pada abad-abad menjelang kehadiran Islam, masyarakat Arab dikuasai oleh pemikiran syirik memandang berhala sebagai perantara untuk menghubungkan dengan Tuhan mereka. Mereka mempercayai keberadana Allah sebagai Tuhan yang Mahabesar, Pencipta alam semesta, pengatur segala kehidupan di langit dan bumi. Mereka yakin bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan-Nya. Tetapi pikiran yang ada dalam benak mereka sangat sukar memahami ajaran tauhid yang diberikan oleh para Nabi terdahulu. Pada waktu itu mereka menyembah berhala dengan cara membuat rumah-rumahan untuk di jadikan ’istana’bagi tuhan-tuhan berhala dan patung-patung pujaan. (H.M. Al-Hamid Al-Ahsaini, 2000: 76-78).
Dari gambaran ini terlihat bagaimana situasi masyarakat Arab khusus makkah pra-Islam. Kebudayaan mereka banyak dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa sekitarnya. Demikian juga kehidupan beragama yang belum mengenal monoteis, sehingga berhala dianggap memiliki kekuatan yang mampu memenuhi keinginan mereka.
2. Perkembangan Dakwah Nabi Saw Periode Mekah
Mekah juga merupakan pusat kegiatan keagamaan bangsa Arab. Di sana para penduduk Makkah melakukan berbagai peribadatan di sekeliling Ka’bah dengan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab kala itu. Dengan kondisi seperti ini, tidak mudah bagi Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan wahyu ke seluruh umat kala itu. Untuk menghadapi kondisi seperti ini, maka pola penyebaran dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah dengan cara tiga tahap sesuai situasi dan kondisi yang menyertainya kala itu, yakni: tahap rahasia dan perorangan, tahap terang-terangan, dan tahap untuk umum.
a. Tahap rahasia dan perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama, pola dakwah yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi dalam waktu tiga tahun, mengingat kondisi sosiopolitik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah menyampaikan risalah ilahi kepada istrinya Khadijah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Setelah itu sahabat dekatnya Abu Bakar bin Abi Quhafa yang diikuti oleh Utsman bin Affan, Abdullah bin Auf, Thalha bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Zubair bin Awwam. Adalagi Abu Ubaida bin Al Djarrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya. Mereka inilah dalam sejarah Islam disebut dengan Assabiqunal Awwalun.
b. Tahap terang-terangan
Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di Bukit Shafa, menyerukan masyarakat Quraisy untuk mengimani keesaan Allah SWT. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam.
Rasulullah berhasil membentuk komunitas umat Islam, meskipun jumlahnya kecil, tapi mempunyai militansi yang tinggi terhadap Islam, sehingga mereka rela mati sahid demi membela Islam dan Rasulullah SAW. hal ini menimbulkan reaksi yang hebat dari kalangan kafir Qurasy, orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga oleh mereka yang sangat mengkhawatirkan akan merusak tradisi warisan nenek moyang mereka. Dari sini mulailah kaum Quraisy mengadakan perhitungan dengan umat Islam, hingga mereka selalu melakukan tekanan-tekanan dan penyerangan, sampai Rasulullah saw. bersama umat Islam melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Posisi nabi pada awal Islam disiarkan beliau adalah tidak lebih sebagai seorang pemimpin agama yang diwahyukan Allah. Nabi Muhammad saw sebagai kepala agama di Mekkah sejalan dengan muatan ayat-ayat Al Quran yang diturunkan di mekah. Ayat-ayat yang turun di Makkah adalah khas bagi menetapkan dan meneguhkan ‘Aqidah Islam yang pokok yaitu Tauhid. Dan menentang penyambahan terhadap berhala dan menuhankan benda dan seruan da’wah kepada manusia agar memerdekakan akal dan jiwa dari perbudakan adat, kebiasaan tradisi dan taqlid.
Dakwah pada masa ini, mendapat reaksi yang sangat keras dari kalangan kaum musyrikin . Siksaan dan penganiayaan datang bertubi-tubi. Istri Bilal bin Rabbah disiksa hingga meninggal, sedangkan Bilal sendiri di paksa berbaring di siang hari bolong di tengah teriknya matahari . Puncak dari kekejaman itu sangat dirasakan oleh Rasulullah saw. takkala dua pilar utama penopangnya yakni Abu Thalib pamannya dan Khadijah istrinya meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi di tahun ke sepuluh kenabiannya. Kondisi ini menyebabkan Nabi Muhammad saw. semakin diejek dan disoraki dan dilempari batu bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.
Disamping itu, menurut Ahmad Syalabi bahwa, penolakan dakwah nabi bagi orang Quraisy pada saat ini karena tradisi: (1) persaiangan perebutan kekuasaan; (2) diskriminasi kelas-kelas sosial (kasta); (3) takut terhadap hari kiamat/pembalasan; (4) kuat terhadap tradisi nenek moyang; (5) memperniagakan patung. Namun bukan berarti prinsip-prinsip kemasya-rakatan menuju terbentuknya suatu negara belum ada sewaktu Nabi berada di Mekah. Ide Nabi Muhammad untuk menegakkan masyarakat seagama tidak hanya tercetus di Madinah seperti yang dinyatakan Hurgronye tetapi sebenarnya sudah ada ketika ia di Mekah.
c. Tahap untuk umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat dan kaum sekitar, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah strategi dakwahnya yang lebih luas mencakup uman manusia secara keseluruan. Seruan dalam skala internasional tersebut, didasarkan kepada perintah Allah dalam QS. Al- Hijr/15: 94-95.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),
Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Mekkah.
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekah maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Merekamendapat sambutan penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya pembela. Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu :
Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina). Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan diri pada penduduk asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan senjatanya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan kaum muslim karena hijrahnya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai awal permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat muslim yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal tersebut adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim dengan kaum nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik, ekonomi, sosial, serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periode Madinah dapat mewujudkan masyarakat muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi prototipe masyarakat ideal atau yang sering disebut masyarakat madani. Beliau juga turut berjuang dalam memelihara dan mempertahankan masyarakat yang dibinyanya itu dari segala macam tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.
3. Problem Dakwah Nabi Periode Mekah
Berbagai ancaman, gangguan dan hinaan yang datang bertubi-tubi dari kaum kuffar dan musyrikin seakan mewarnai perjalanan dakwahnya bersama kaum muslimin. Para bangsawan Quraisy dan hartawan yang gemar bersenang-senang mulai merasakan bahwa ajaran Muhamamad merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendeskreditkannya dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu. Mereka melakukan berbagai propaganda untuk menghentikan kegiatan Nabi Muhammad dan kaum muslimin yang terus bertambah, seperti melakukan penghujatan, caci-maki, pemboikotan, dan sebagainya. Namun karena Muhammad selalu dalam perlindungan Bani Hasyim dan Bani Muthallib, ditambah lagi dengan keislaman Hamzah bin Abi Thalib, paman dan saudara sesusu Nabi yang setia melindunginya, membuat pemuka-pemuka Quraisy itu berfikir dua kali untuk membunuh Nabi Muhammad. Apalagi beberapa waktu kemudian, seorang tokoh andalan kafir Quraisy, Umar bin Khattab yang juga masuk Islam, maka semakin bertambah lemahlah pengaruh Quraisy kala itu.
Namun kaum musyrikin Quraisy tak pernah tinggal diam, hari demi hari gangguan itu makin menjadi-jadi, sampai-sampai ada kaum muslimin yang dibunuh, disiksa, dan semacamnya. Maka strategi Muhammad menyelamatkan umatnya adalah dengan menyarankan mereka supaya tinggal berpencar-pencar. Sebagian mereka disuruh hijrah ke Abisinia yang rakyatnya menganut agama Kristen, dan diperintah oleh seorang Raja yang jujur. Dalam sejarah tercatat bahwa kaum muslimin telah melakukan dua kali hijrah ke negeri tersebut. Bahkan sebagiannya malah ada yang bermukim di sana sampai sesudah hijrah Nabi ke Yatsrib.
4. Kunci Sukses Dakwah Nabi Saw
Kesuksesan dakwah nabi Saw tidak terlepas dari metode dan strategi dakwah yang beliau terapkan secara sistematis dan terprogram. Adapun di antara strategi sukses dakwah islamiyah beliau di tengah-tengah umat akan penulis rangkumkan sebagai berikut:
a. Langkah awal, nabi membangun public-image yang positif dari sisi personalitas dan akhlaknya. Dalam hal ini, sejak awal beliau telah mampu menyadang predikat “al-amin”.
b. Sebagai langkah awal dakwahnya, Rasulullah melakukan dakwah dengan rahasia dan memilih objek dakwah yang paling dekat dengan beliau, seperti istri, keluarga dan para sahabat dekatnya yang dapat dipercaya.
c. Setelah ada perintah dakwah secara terang-terangan, beliau langsung melakukan dakwah secara terbuka dan mengambil langkah strategis dengan menggunakan media gunung shofa untuk mengumpulkan masyarakat dengan memanfaatkan kesan publik akan kejujurannya untuk memasukkan pesan dakwahnya kepada mereka dan besarnya kasih sayang Abu Tholib kepada beliau sebagai langkah defensive.
d. Rasulullah juga mengembangkan sikap “Umat Oriented“, artinya lebih mementingkan keselamatan umatnya di atas dirinya.
e. Setelah hijrah ke Madinah; langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid sebagai tempat ibadah dan media mengumpulkan pengikutnya serta bermusyawarah tentang rencana perjuangan berikutnya. Langkah kedua, dengan ikatan persaudaraan antarumat Islam beliau mantapkan dengan meletakkannya atas satu landasan, yaitu Islam (bukan etnis, stratta sosial dan sebagainya).
f. Kemudian rasulullah membangun politik kenegaraan yang dimulai dengan terciptanya Perjanjian Madinah dan beliau sendiri sebagai Kepala Negara.
Di samping itu, ada beberapa hal yang menjadi modal kesuksesan utama dalam berdakwah sehingga mudah diterima oleh segala lapisan masyarakat yang mendambakan kebenaran dan ketentraman, di antaranya adalah: (a) meletakkan dasar keimanan yang kokoh; (b) menciptakan keteladanan yang baik seperti yang dilukiskan Al-Qur’an (uswatun hasanah); (c) menetapkan persamaan derajat manusia dengan mengangkat harkat dan martabat mereka di atas asas toleransi; (d) menjadikan ukhuwah islamiyah sebagai tiang kebudayaan; (e) pembinaan sistem akhlakul karimah dan pendidikan dalam menjalani kehidupan; (f) menegakkan secara bersama-sama syari’at Islam menuju muslim kaffah.
5. Hikmah Dakwah Periode Mekah dalam Kaitan Pendidikan
Sebagaimana yang tercantun pada pendahuluan makalah ini, bahwa belajar sejarah tidak hanya untuk mengetahui kejadian pada masa lalu dengan kebaikan dan keburukan peristiwa, tetapi mengandung ibrah/pelajaran yang berharga untuk dijadikan landasan berbuat dan berkarya. Demikian halnya dengan sejarah dakwah nabi saw periode mekah mengandung nilai-nilai yang terangkum dalam poin-poin berikut ini:
a. Nabi Saw diangkat pada umur 40 tahun. Umur 40 tahun adalah Usia yang matang bagi seseorang dalam berfikir dan bertindak oleh karena itu mudahlah dimengerti jika batas nasib seseorang ditentukan saat mencapai umur 40 tahun. Jika sampai pada umur tersebut orang tersebut masih saja berbuat dosa dan maksiat maka cenderung su’ul khatimah karena secara sadar ia sudah berfikir, mengerti dan paham bahwa perbuatan dosa dan maksiat yang ia lakukan adalah salah.
b. Memahami bahwa Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau rasul-Nya (QS. Al Hajj/22: 75 dan Al Baqarah/2: 214). Demikian pula seorang pendidik dituntut mempunyai kompetensi kependidikan, problem mengajar, kesulitan interaksi, adanya supervisi pendidikan merupakan prosedur/ujian untuk menjadi guru yang potensial. Rasulullah Saw memberikan pelajaran bagaimana menjadi guru yang berhasil.
c. Memahami bahwa Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan (QS. An-Nahl/16: 125).
Di sinilah letak urgensi metode/strategi/materi pendidikan yang harus diproyeksikan guna kepentingan masa depan anak didik, bukan hanya terbatas untuk kepentingan sesaat tetapi untuk masa depan selama peradaban manusia masih ada.
عَلِّمُوْا أَوْلاَدَكُمْ فَإِنَّهُمْ مَخْلُوْقُوْنَ لِزَمَنٍ غَيْرِ زَمَنِكُمْ -الحديث
Didiklah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi masa yang lain dari masa kamu'' . (al-Hadits)
d. Meneladani Nabi Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah. Tingkah laku dan amal perbuatan Rasulullah saw. sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
Faktor keteladanan seorang pemimpin sangat penting, seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya. Dewasa ini, banyaknya anarkhisme atau kriminalitas bagi anak-anak sekolah dan mahasiswa menjadi stigma buram bagi guru/dosen karena kurangnya keteladanan. Kepribadian seorang guru sangatlah penting terutama di dalam mempengaruhi kepribadian siswa. Karena guru memiliki status seseorang yang di anggap terhormat dan patut di contoh. Demikian halnya perilaku korup, pamer para pejabat menjadi pemicu rendahnya moralitas bagi masyarakat.
Masyarakat yang buruk dan korup, sangat sulit mengajarkan pendidikan yang baik dan bersih kepada peserta-didik. Sayangnya pelaku-pelaku pendidikan, baik yang berada di departemen maupun dalam institusi sekolah, adalah pewaris budaya korupsi dan komersialisasi pendidikan. Pendidikan Indonesia telah kopong karena esensi pendidikan untuk menanamkan karakter dan nilai-nilai (Educating for Life, N.P. Wolterstorff, hlm. 229), telah digeser dengan keserakahan banyak oknum pendidikan. Pohon yang buruk tak mungkin menghasilkan buah yang baik.
e. Melalui dakwah Islam, Rasulullah saw. memberikan pemahaman tentang hak dan persamaan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki, serta persamaan derajat kemanusiaan
Kaum perempuan memperoleh kedudukan terhormat karena memang Islam menghapus diskriminasi antara lakilaki dan perempuan. Kalaupun ada perbedaan, itu lebih pada fungsi utama dari masing-masing jenis sesuai dengan kodratnya. Jenis kelamin tidak membedakan derajat. Siapa saja yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, memperoleh pahala yang sama di sisi Allah. Kedua jenis kelamin ini disebut Bani Adam.
Dalam konteks pendidikan, bahwa pendidikan bertujuan untuki memanusiakan manusia karena pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Adalah upaya membantu manusia untuk dapat bereksitensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Sebab manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakikatnya secara total, maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia.
f. Rasulullah Saw pada awalnya berdakwah secara tersembunyi kemudian terang-terangan. Ini merupakan metode atau teknik mempengaruhi orang lain, artinya sebelum orang lain di-islam-kan, maka keluarganya dulu yang di-islam-kan. Ini merupakan bentuk akuntabilitas dan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain. Analogi sederhana yang lain, sebelum membuka warung makan, terlebih dahulu masakan disajikan kepada keluarga/teman/ tetangga untuk memperoleh masukan-masukan/kritikan.
Sebuah pertanyaan, mengapa sekolah di MTA (Majelis Tafsir Al-Qur’an) tidak pernah menyusut siswanya dan tetap terjaga eksistensinya? Hemat penulis, warga MTA yang mempunyai anak yang sudah wajib belajar, tanpa mengenal kualitas intelegensinya akan memasukkan ke sekolah-sekolah dibawah naungan MTA, mengapa demikian? Dakwah fardhiyah organisasi lebih didahulukan, dan barangkali mengamalkan slogan KH. Ahmad Dahlan untuk menghidup-hidupi persyarikatan bukan malah mencari hidup di persyarikatan.
D. Penutup
Bangsa arab sebelum datang mereka sudah mampu mengembangkan ilmu astronomi (ilmu perbintangan) dari penemuan bangsa babilonia yang pindah ke arab karena di serang oleh bangsa Persia, dan Bangsa Arab juga mengenal ilmu pengobatan yang disebut tabib, ilmu ini berasal dari orang-orang Kaidan yang di kembangkan oleh orang-orang arab. Tetapi bangsa Arab pra-Islam secara moralitas sangat rendah, diskriminasi merupakan keharusan, tidak ada persatuan antar suku yang ada hanya hubungan kepentingan.
Plurarisme bangsa Arab pra-Islam merupakan instrumen dari kemajemukan masyarakat Arab yang bisa menjadi persoalan krusial. Kerusakan-kerusakan yang parah dibidang agama, politik, sosial, dan ekonomi. Pada abab VI M menunjukkan bahwa individualisme “pengaruh aku” yang mengakibatkan krisis akhlak melanda kepada masyarakatnya, maka dari itulah Allah Swt mengutus Muhammad Saw untuk menyempurnakan akhlak.
Maka dari itu pantaslah kalau kita sebut masih sangat jahiliyah. Kemudian setelah Islam datang yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin yang membawa pencerahan bagi seluruh penduduk kota Mekah dan seluruh alam. Dalam kurun waktu 23 tahun nabi Saw mampu menaklukan jazirah arab menjadi masyarakat madani, tantangan dan kekerasan fisik merupakan pemicu kuatnya keimanan dan kuatnya jihad.
Dakwah periode Mekah, merupakan sebuah perjuangan yang super dahsyat yang terbagi menjadi 3 bagian: dakwah secara tersembunyi selama 3 tahun, tahun ke-4 menjadi dakwah komunal/terang-terangan, dan dakwah keluar kota Mekah. Dan secara garis besar materi dakwah periode ini berkisar pada: (1) ketauhidan, (2) keimanan, (3) pembersihkan jiwa, dengan cara menjauhi kemungkaran dan kekejian, yang kadang-kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan dan perbuatan-perbuatan yang baik.
E. Daftar Pustaka
Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003)
Al-Ummah. Materi Dasar Islam
Annie Besant, The Life And Teachings Of Muhammad, (Madras , 1932)
Fathurrahman Karyadi dalam kompasiana.com (diunduh pada 19 Pebruari 2012, jam 19.30)
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al-Qur’an, judul asli: Major Themes of the Qur’an, alih bahasa: Anas mahyuddin, (Bandung: Pustaka, 1983), Cet. I
H.M. Al-Hamid Al-Ahsaini. Membangun Peradaban Sejarah Muhammad saw. Sejak sebelum di Utus menjadi Nabi, Cet. I, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2000)
Hamka, Tafsir al-Qur’an, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), Juz IV
KH. A Musta’in Syafi’I, rubric Telaah Tafsir, Majalah Tebuireng tahun 2010)
Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, ( Padang: IAIN-IB Pres, 2002), Cet. II
Montgomery Watt. Muhammad, Nabi dan Negarawan, Cet. I; (Jakarta: Kuning Mas, 1982)
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, judul asli: Hayat Muhammad, alih bahasa: Ali Audah, ( Jakarta: Intermasa, 1993), Cet. XVI
Munawir khalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw., Cet. I ., (Jakarta: Bulan Bintang, 1993)
Perjuangan Nabi Muhammad saw. di Mekkah Sebuah Rekonstruksi Sejarah” dalam http://www.knowledge-leader.net/2011/02/perjuangan-nabi-muhammad-saw-di-mekkah-sebuah-rekonstruksi-sejarah/ yang diunduh pada 20 Pebruari 2012 jam 20.00
Said Hawwa, al-Rasul Muhammad saw. (Solo: Pustaka Mantik,1995)
Sir George Bernard Shaw, The Genuine Islam, (Vol. 1, No. 8, 1936.)
Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1999)
Syaikh Manna’ Kholil Qatthan, Ulum al-Quran
Syaikh Muhyiddin al-Khayyath, Durus al-Tarikh al-Islamy
Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.
ReplyDelete