MENGGUNAKAN WAKTU
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Tahu-tahu kita sudah tua, pernahkah menghitung-hitung umur kita sendiri? Misalnya membuat analogi tabel, usia kita meninggal umur 65. Jika umur kita saat ini 30 tahun, berarti 35 tahun lagi akan meninggal, jika umur kita 40 tahun masih tersisa 25 tahun, jika berumur 50 tahun tersisa umur 15 tahun, dan jika umur 60 tahun tinggal 5 tahun (1.825 hari).
نعمتان مغبونٌ, فيهما كثيرٌ من الناس: الصحةُ والفراغُ
Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu didalamnya: kesehatan dan waktu luang.
Ketika sehat kita lupa akan sakit, ketika sakit pasti akan ingat nikmatnya sehat. Ketika orang jadi kaya lupa akan miskin, tetapi jika orang miskin pasti ingat akan kaya dan ingin kaya. Jadi seorang muslim harus hati-hati dengan kesehatan, artinya mumpung sehat pergunakan sebaik-baiknya, jangan disia-siakan.
Ketika waktu luang banyak kita gunakan untuk bersenang-senang, main-main/senda gurau lupa/sedikit akan mengaji dan berdzikir. Oleh karena itu, waktu-waktu luang harus digunakan untuk mengukir prestasi dihadapan Allah, berinvestasi amal akherat karena akhir perjalanan manusia bukan di dunia tetapi di akherat yang abadi.
Orang-orang besar menggunakan waktu sebaik-baiknya. Misalnya Nabi Saw dalam kurun waktu 23 tahun dapat merubah peradaban dunia dari keterbelakangan mental menjadi beradab. Imam syafi'I membagi waktu malam menjadi 3: 1/3 untuk menuntut ilmu, 1/3 untuk tidur, 1/3 untuk beribadah, maka wajar kalau Imam Syafi'I menjadi ilmuwan besar Islam.
Sebaliknya jika tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya (menunda-nunda) dapat mengakibatkan celaka. Misalnya sangat berbahaya jika berkendara dalam kondisi mengantuk. Julius Caesar terbunuh karena konspirasi politik di Romawi karena menunda-nunda dan tidak segera membaca isi surat yang berisi ancaman pembunuhan. Austria dapat ditaklukkan Napoleon, sehingga Napoleon berkata, "orang-orang Austria tidak memahami nilai pentingnya 5 menit", dengan 5 menit yang tadinya menang menjadi kekalahan. Perang Uhud, kekalahan Muslim pertama kali selain karena berebut harga rampasan, juga disebabkan salah menghitung waktu yang seharusnya belum waktunya meninggalkan pos komando.
Bagaimana dengan kita?
أخشى ما خشيتُ على أمتى: كَبِرُ البطنِ, ومُداوَمَةُ النوم والكسَلُ وضَعْفُ اليقيــنِ
Sesuatu yang aku takuti pada umatku adalah besarnya perut, terus menerus tidur, malas dan lemah keyakinan. (HR. Daruquthni dari Jabir)
Hadis di atas merupakan sebuah ungkapan simbolik, sehingga bukan diartikan secara tekstual tetapi makna dibalik ungkapan tersebut. Adalah besarnya perut = ketidakpuasan terhadap materi dan selalu kurang, hanya kebutuhan duniawi yang dicari-cari. Terus menerus tidur = melupakan waktu yang sangat bermanfaat, menunda-nunda pekerjaan, menunda-nunda ibadah. Malas = tidak giat, tidak tekun, tidak serius dalam beraktifitas, jika dalam shalat tidak berusaha untuk khusyu'. Lemah keyakinan = tidak memupuk keimanan, tidak mengamalkan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan cenderung bersikap thaghut (kesetanan/melawan)
barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura/42: 20)
ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid/57: 20)
---------------------------
Sebagai penutup khotbah, setiap manusia mengharapkan hidupnya tentram, damai. Maka ada 5 hal yang menjadikan hidup tentram berdasarkan psikologis:
- Bekerja dengan penuh kecintaan/senang bukan karena keterpaksaan
- Selalu melihat segala sesuatu secara positif/prasangka baik
- Senyum karena membuat hati lebih rilek dan ringan
- Suka menolong, menggunakan hidup untuk kemanfaatan bagi orang lain
- Mempunyai kekuatan sekalipun dalam kondisi penderitaan/susah sehingga ingin bangkit dari keterpurukan. Artinya mempunyai sikap optimis.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ.
اللهم إنا نسئلك خير المسئلة و خير الدعاء و خير النجاح و خير العلم و خير العمل و خير الثواب و خير الحياة و خير الممات.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
No comments:
Post a Comment