Tuesday, November 13, 2012

POTENSI TIK DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

A.    PENDAHULUAN

Penididikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.
Saat ini teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, kemajuannya luar biasa terutama dalam bidang komputer baik desainernya maupun softwernya. Hampir setiap bulan para desainer, pabrikan, ahli dalam bidang teknologi komputer terus menerus mengadakan penelitian dan pengembangan teknologi. Bangsa Indonesia yang semakin besar tidak luput dari kemajuan teknologi informasi ini, walapun pada umumnya berada pada tataran konsumen/pemakain yang kalah jauh dari negara tetangga yang sudah masuk pada tataran desainer teknologi dan produsen komponen-komponen informasi teknologi informasi terutama bidang komputer. Sehingga barang elektronik harganya terjangkau oleh masyarakat. Untuk menyikapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat tersebut, diperlukan adanya sumber daya yang handal agar negara kita tidak hanya menjadi pemakai teknologi, namun bisa berkembang menjadi "pencipta:" teknologi itu sendiri. Saat ini para siswa di sekolah khususnya setingkat SMP/MTs atau yang sederajat, sudah mulai diberi sebuah mata pelajaran yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga diharapkan para siswa setidaknya sudah tidak asing dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu diperlukan adanya sistem pembelajaran yang baik agar para siswa bisa lebih mudah memahami pembelajaran tentang teknologi informasi dan komunikasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan  TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan  dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.  Saat ini e-learning telah berkembang dalam  berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti:  CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Dengan semakin banyaknya situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan myspace membuat komunikasi dan saling bertukar informasi semakin mudah. Belum lagi semakin menjamurnya tempat membuat blog gratis di internet seperti wordpress, blogspot, livejurnal, dan multiply. Membuat kita dituntut bukan hanya mampu mencari dan memanfaatkan informasi saja, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet melalui blog yang kita kelola dan terupdate dengan baik. Di sanalah muncul kreativitas menulis yang membuat orang lain mendapatkan manfaat dari tulisan yang kita buat. Namun sayangnya, kebiasaan menulis dan membaca belum menjadi budaya masyarakat Indonesia, termasuk guru dan siswa di sekolah. Para guru dituntut agar para peserta didiknya mampu memanfaatkan TIK untuk mengembangkan kreativitas menulis.
Keperluan akan penguasaan TIK telah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dengan dimasukkannya kurikulum TIK dalam kurikulum 2004 dan sekarang Kurikulum Tingkat Satuan  Pendidikan (KTSP) mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Diharapkan dengan diimplementasikannya kurikulum TIK ini akan meningkatkan kualitas proses pengajaran, kualitas penilaian kemajuan siswa, dan kualitas administrasi sekolah.
Adapun pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu (1) media pembelajaran mandiri/klasikal. Media Pembelajaran mandiri/klasikal, antara lain pemutaran film dan CD interaktif, pertama, pemutaran film, guru dapat memilah jenis film yang ada yaitu film yang bersifat given artinya suatu paket judul film yang telah tersedia dan relevan dengan pembelajaran pendidikan Agama Islam. Kedua, penggunaan CD interaktif lebih”Maju” dari pemutaran film, karena siswa dapat melakuakn”interaksi” atau perlakuan terahdap program yang ditawarkan pada CD, misalnya CD interaktif soal-jawab Pendidikan Agama Islam dikemas dalam bentuk permainan seperti dalam ”Who want to Be Millionare”. Madrasah/sekolah dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki koleksi film atau CD interaktif yang terkait dengan materi Pendidikan Agama Islam interaktif yang terkait dengan materi Pendidikan Agama Islam sesuai kurikulum yang berlaku.
(2) Alat bantu (alat belajar) dalam proses pembelajaran. Teknologi Informasi yang dimanfaatkan untuk alat bantu pembelajaran yaitu, pemanfaatan softwere (komputer) untuk pemeblajarn Pendidikan Agama Islam. Beberapa contoh software pendidikan yang dikelan diantaranya; Computer Assisted Instruction (CAI) yang umumnya software ini sangat baik untuk keperluan remidial. Intelligent computer assited learning (ICAL), dapat digunakan untuk material atau konsep. Computer Assisted Training (CAT), Computer Assisted Design (CAD), Computer Assisted Media (CAM) dan sebagainya.
(3) Sumber belajar/sumber data. Teknologi Informasi yang terkait sebagai sumber belajar (learning resurces) dalam bentuk internet dengan segala komponennya. Materi yang ditampilkan dalam sebauh eb yang terkait denagn pendidian Agama Islam dapat dilacak terlebih dahulu oleh guru dan dipraktekkan langsung oleh murid. Maksud pelacakan oleh guru agar materi atau informasinya relevan dengan tujua kurikuler PAI.

B.     RUMUSAN MASALAH
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1.        Bagaimana upaya peningkatan mutu pembelajaran terhadap penerapan teknologi pendidikan?
2.        Bagaimana peran guru agama Islam dalam mengaplikasikan teknologi di sekolah ?

C.    PEMBAHASAN
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
          Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan
Berpusat pada guru
Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas
Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis
Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
Peran guru
Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli
Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli
Penekanan pengajaran
Mengingat fakta-fakta
Hubungan antara informasi dan temuan
Konsep pengetahuan
Akumujlasi fakta secara kuantitas
Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
Penilaian acuan norma
Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi


1.      Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran Terhadap Penerapan Teknologi Pendidikan
Di era global seperti sekarang ini, sudah banyak digunakan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi hampir keseluruhan aspek kehidupan sehari-hari manusia. Oleh karena itu, sebaiknya semua orang tidak “gagap” teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Informasi sudah merupakan 'komoditi' sebagaimana layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang sedang menuju ke era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).
Mengajar dan belajar masih banyak mengandung hal-hal yang sebenarnya belum kita pahami sepenuhnya. Itulah sebabnya terdapat berbagai teori tentang belajar yang belum dapat dipadukan menjadi satu teori belajar yang uniform. Juga belum diketahui dengan pasti bagaimana merumuskan tujuan berdasarkan kompetensinya, metode mengajar yang terefktif dal lainnya. Masih belum ada keyakinan, hingga manakah kita dapat mengukur hasil mengajar khususnya tujuan pendidikan mengenai perkembangan kepribadian anak antara lain ranah afektif. Banyak lagi hal-hal dalam situasi belajar yang belum kita ketahui dengan jelas apa pengaruhnya terhadap hasil belajar, demikian pula belum mengetahui peranan perbedaan individual dalam proses belajar.
 Oleh karena itulah teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkannya secara ilmiah berdasarkan penelitian. Ini menuntut agar tiap guru sedikit banyak menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, berusaha mencari jalan-jalan baru untuk senantiasa meningkatkan keahlian dalam profesinya.
 Teknologi tidak merupakan kunci ke arah sukses yang pasti dalam pendidikan atau pengajaran. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukan suatu prosedur atau metodologi yang dapat diterapkan dalam pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan suatu teori yang mempunyai sejumlah hipotesis. Teknologi pendidikan dapat pula dipandang sebagai suatu gerakan dalam pendidikan yang diikuti oleh guru-guru yang merasakan bahwa mengajar hingga kini masih dilakukan secara sembrono, asal-asalan, tanpa dasar yang jelas, menurut selera masing-masing atau terkadang sekedar menggugurkan kewajiban. Maka teknologi pendidikan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang-bidang lain.
 Teknologi pendidikan mengajak guru untuk bersikap problematik terhadap proses belajar mengajar dan memandang tiap metode mengajar sebagai hipotesis yang harus diuji efektivitasnya. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Dengan demikian teknologi pendidikan mendorong profesi keguruan untuk berkembang menjadi suatu “science”, disamping profesi guru akan selalu mengandung aspek “seni”.
 Dalam pembelajaran yang baik dalam konteks teknologi pendidikan, media atau alat pembelajaran memiliki nilai manfaat bagi guru maupun murid karena cukup efektif dan efisien dalam upaya pencapaian kompetensi yang diharapkan. Media atau alat-alat pembelajaran disebut dengan “hardware”, seperti radio, televise, laptop, internet, LCD dan lainnya baik yang bersifat sederhana maupun modern.
 Dalam proses/konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
 Media pembelajaran tersebut besar manfaatnya, namun bukan merupakan inti atau hakikat teknologi pendidikan dan tidak mengandung arti pendidikan. Media tersebut baru bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program, inilah yang disebut “software”. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Di sinilah letak dan peran kecerdasan seorang guru untuk meningkatkan kompetensi profesinya dengan menimplementasikan teknologi pendidikan atau pengajaran.
 Bila guru menerapkan prinsip-prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen maka terbuka baginya jalan untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensinya. Ia akan memandang proses kegiatan belajar mengajar sebagai problema yang tak berkesudahan yang dihadapinya secara obyektif dan ilmiah. Dengan sikap serta usaha yang demikian, mengajar akan dapat dikembangkan dan ditingkatkan menjadi profesi dalam arti yang sebenarnya.
 Kesiapan tenaga pengajar untuk melakukan perubahan, perlu diawali dengan kemauan untuk mengkritik diri sendiri, memahami kekuatan atau kelemahan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sehingga mampu membaca dan menyadari bahwa dalam beberapa hal perlu dilakukan perubahan-perubahan sejalan dengan dilakukannya perubahan kurikulum.
 Guru yang telah membuat hipotesis strategi pembelajaran kemudian mempraktikkannya maka ia akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya yang merupakan problema ilmiah dalam pengajaran kemudian diadakan penelitian secara ilmiah pula. Teknologi pendidikan sebagai hasil penelitian dan pemikiran ilmiah tentang pendidikan menuntut seorang guru untuk bersifat terbuka, melakukan pembenahan untuk perubahan sehingga selalu ada inovasi pembelajaran agar guru memiliki visi yang luas tentang hakikat pendidikan.
Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan terdiri dari berbagai pulau, hal di atas masih seperti mimpi karena struktur dan kultur serta SDM guru yang profesional belum merata dengan baik. Di berbagai kota besar seperti Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional telah mengaplikasikannya, tetapi buat sekolah-sekolah di daerah, mungkin masih jauh panggang dari api dalam mengaplikasikan TIK.
Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih senang bermain games ketimbang materi yang diberikan oleh guru. Karena games sangat menarik peserta didik untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan SDM secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan  semua potensi yang dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dan sebagainya. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.

2.       Peran Guru Agama Islam dalam Mengaplikasikan Teknologi di Sekolah
Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi.
Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.
Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.
Menurut Wardiman, Dkk (1997), bahwa di zaman modern yang serba canggih sekarang ini, teknologi sangatlah penting bagi guru agama karena isu-isu masa depan berkaitan erat dan sangat ditentukan oleh teknologi dan pemunculan sains baru. Dampak teknologi dan sains ini terhadap pengembangan sumber daya manusia terutama disektor pendidikan mendatang akan sangat dirasakan. Masa depan manusia sangat ditandai dengan peningkatan lajunya pembaharuan di bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Dan selain itu juga sains dan teknologi berfungsi untuk menjembatani agama, dan untuk mengisi dan menguatkan agama. Di samping itu pula, sain dan teknologi memperkaya nilai-nilai kemanusiaan dan menciptakan kemaslahatan manusia. dan selain itu pula dapat mempermudah guru dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu perlu sekali bagi guru agama memiliki Sains Dan Teknologi dalam mengajar.
Apabila guru agama hanya menguasai agama saja maka tidak menutup kemungkinan ia akan mengalami kemunduran atau tidak berkembang. Untuk mengatasi kemunduran tersebut maka guru agama harus menguasai sains dan teknologi. Sebagai contoh: krisis lingkungan tengah terjadi, degradasi lingkungan sedang dirasakan semakain buruk, pembakaran hutan, pemanasan global, kekeringan yang berkepanjangan dan sebainya.
Sedangkan untuk mengatasi hal ini maka peran guru agama sangat penting untuk menjelaskan masalah lingkungan yang dikaitkan dengan agama. Inisiatif agama sangat diperlukan untuk mengurangi kerusakan tersebut dengan cara yang lembut yaitu Pendekatan Religius. Prof Mary Evlyn Tucker (dalam Rihlah Nuraida Nur Aulia) guru besar agama dari Bucknel University pelopor forum agama dan lingkungan, dan membawa diskursus ini dalam berbagai kegiatan tingkat Internasional hingga lokal untuk menghimbau agama-agama terlibat dalam menyelamatkan bumi. Sains dan Teknologi memang diperlukan, tapi itu saja tidak cukup, kita memerlukan agama untuk terlibat dalam keluar dari krisis lingkungan.
Oleh karena itu, aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah yang dikembangkan oleh guru dapat memberikan beberapa manfaat antara lain.
a. Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan menarik
b. Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleks
c. Mempercepat proses yang lama
d. Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
e. Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar jangkauan

D.    PENUTUP
Aplikasi dan potensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa pergeseran pandangan tentang pembelajaran dan peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Penerapan teknologi dalam pembelajaran memungkinkan kegiatan belajar mengajar lebih interaktif, simulatif dan lebih menarik. Oleh karena itu guru di era globalisasi informasi ini dituntut untuk mampu menguasai dan mengalipkasikan teknologi dalam pembelajaran.  Mengajak peserta didik untuk mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mampu meciptakan informasi dengan membangun connecting and sharing.
Bagaimanapun banyaknya dampak positif dalam penerapan teknologi dalam pembelajaran di sekolah, kita mempunyai tanggungjawab bersama dalam meminimalisasi dampak negatif yang muncul baik secara individual, maupun sosial. Jangan biarkan anak-anak kita terlalu asyik dengan facebooknya dan games-games online lainnya. Anak harus diajarkan untuk mampu membaca dan menulis serta menciptakan informasi di dunia maya.
Peluang diterapkannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan teknologi informasi, antara lain: Pertama, mayoritas sekolah di Indonesia telah memiliki perangkat komputer. Kedua, dengan dengan perangkat komputer pesan-pesan/materi Pelajaran PAI dapat dipelajari, dipahami, didiskusikan oleh guru, kelompok guru dan siswa secara mandiri dalam waktu dan tempat yang tidak terbatas. Ketiga, bahan ajar yang telah dikemas pada software tertentu akan mudah didistribusikan keseluruh peserta belajar.
Menurut Azar Arsyad, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media. (a) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum megacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. Media yang berbeda misalnya, film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya.
(b)  Praktis, luwes, dan bertahan Jika tidak tersedia dana, waktu, atau sumber daya lain untuk memproduksi tidak perlu dipaksakan. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya serta mudah untuk dipindah dan dibawa.
(c)  Guru terampil untuk menggunakannya Ini merupakan salah satu kriteria utama, apapun jenisnya guru dituntut untuk mampu menggunaknnya dengan baik dalam proses belajar mengajar. (d)  Pengelompokan sasaran Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan. 
(e)  Mutu teknis Mengembangkan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Sedangkan Dick dan Carey mengemukakan empat kriteria dalam memilih media pembelajaran, yakni,  pertama, ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka harus dibeli atau buat sendiri.  Kedua, kemampuan finansial untuk membeli dan memproduksi media, tenaga, dan fasilitasnya.  Ketiga, faktor yang menyangkutkeluwesan, kepraktisan, dan ketahuan media yang digunakan untuk jangka waktu yang lama, artinya bila digunakan dimana saja dan kapan saja dengan peralatan yang ada disekitarnya serta kemudahan dibawa (fortable).  Keempat, efektifitas dan efisiensi biaya dalam waktu yang cukup panjang skalipun nampaknya mahal namun mungkin lebih murah bila dibandingkan media lainnya yang hanya dapat digunakan sekali pakai.

E.     DAFTAR PUSTAKA
Asnawir dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Cipta Pers, 2002)
Azar  Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
Cece Wijaya, dkk.,Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, edisi revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992),
Chaeruman, Uwes Anis., “Urgensi Gerakan Melek ICT di Sekolah“,  http:// www.wijayalabs.wordpress.com
Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004)
Djojonegoro Ing-Wardiman, Dkk “IPTEK berwawasan Moral” IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pers: Juli 1997. Cet 1
Eveline Siregar, Pelangi teknologi Pendidikan dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2004)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/, diakses tanggal 12 Maret 2009.
http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/konsep-teknologi-pendidikan.html/, diakses tanggal 12 Maret 2009.
Ivor K.Davis, Pengelolaan Belajar Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. 8, (Jakarta: Rajawali, 1991)
Kusumah, Wijaya, dkk, “Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP kelas 7, 8, dan 9″, Jakarta. Rajagrafindo, 2009
Nasution, Teknologi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2005)
Natakusumah, E.K., “Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia.“, Pusat Penelitian informatika - LIPI Bandung, 2002-
Purbo, Onno W.,  “Teknologi E-learning”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002.
Rahardjo, Budi., , “Implikasi Teknologi Informasi Dan Internet Terhadap Pendidikan, Bisnis, Dan Pemerintahan”, Pusat Penelitian Antar Univeristas bidang Mikroelektronika (PPAUME) Institut Teknologi Bandung tahun 2000.
Rihlah Nuraida Nur Aulia “Character Building Guru PAI” Aulia Jakarta: 2008.
Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero (2002), Greater Learning Opportunities Through Distance Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education (December 2002)
Surya, Mohamad., Makalah dalam Seminar “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan Jarak Jauh dalam Rangka Peningkatan Mutu Pembelajaran”, diselenggarakan oleh Pustekkom Depdiknas, tanggal 12 Desember 2006 di Jakarta.
Sutisna, Entis.,”Pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi dalam Pembelajaran, Guru SMAN 4 Tangerang, tahun 2006
Yusufhadi Miarso, dkk Teknologi Komunikasi Pendidikan, cet II, (Jakarta: Rajawali, 1986)

No comments:

Post a Comment