Bencana yang menimpa suatu bangsa tidak datang sekonyong-konyong. Ada rangkaian kesalahan yang mendorong vonis "petaka" dijatuhkan Tuhan atas mereka Era globalisasi di samping menimbulkan dampak positif secara material, ternyata menjebak manusia kepada pola kehidupan individualistik dan hedonik. Terbukti dengan berbagai kasus kriminalitas makin sulit diantisipasi.
Penyakit ruhani (mental) yang mewabah mesyarakat semakin kronis. Krisis demi krisis yang menimpa bangsa kita, hingga kini tak kujung berakhir.
Kita baru menyadari bahwa sistem kehidupan materialistik yang ditawarkan oleh bangsa Barat dan pola kehidupan kolektif yang berkembang di Timur terbukti berujung kepada kegagalan. Kini ummat manusia berada pada jurang kehancuran. Prestasi yang selama ini mereka ukir hanyalah merupakan fatamorgana.
"Dan oranag-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun." (QS.An-Nur:39)
"Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit." (QS.Al-A'raf:182)
Sesungguhnya ayat di atas adalah peringatan Ilahi yang tidak boleh kita abaikan. Bahwa suatu bangsa yang telah mencapai keunggulan dalam bidang materi di dunia ini bisa merosot, tanpa disadari, bila melupakan peraturan Ilahi yang telah ditetapkan.
Proses peluncuran nilai ini terjadi, bila seseorang terbawa hanyut oleh kesenangan material. Sedangkan jiwa kosong dari iman, tidak memiliki kekuatan immatearial (ruhani) yang bisa menjadi jangkar dalam mengarungi kehidupan yang makin kompetitif.
Kita giat membangun siang dan malam dengan peralatan teknologi modern, namun hati nurani kita bertanya, ke mana arus itu akan membawa kita semua? Nilai nilai kejujuran, solidaritas, keberanian yang tedinya menyala berkobar-kobar, lambat laun padam. Egoisme, individualisme dan praktek KKN yang menjadi motifasi bagi kegiatan kehidupan.
Marilah kita ambil tamsil terhadap kehidupan orang-orang terdahulu di negeri Saba'.
Dalam suatu riwayat Saba' adalah nenek moyang bangsa dari bangsa Arab Selatan. Tempat asal kediaman nenek moyangnya mereka bernama Saba', kemudian dijadikan sebagai nama negeri dan nama kerajaan. Disebutkan pula bahwa raja-raja Tuba' adalah raja Saba'. Termasuk di antaranya adalah ratu Bilqis.
"Sesungguhnya adalah negeri Saba' itu ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka..." (QS.Saba':15)
Bahwa negeri Saba' dengan tempat kediaman mereka, tempat tumpah darah mereka yang indah permai itu dapat dijadikan ayat dari sunaatullah(hukum alam) yang tidak akan berubah dalam kehidupan ini. Tempat kediaman mereka terletak pada sebuah lembah yang subur, sebelah kanan kirinya diapit oleh dua buah gunung. Raja-raja dan nenek moyang mereka telah membuat waduk besar untuk menampung air hujan supaya tidak mengalir ke lautan dengan percuma. Bila musim hujan tiba, air yang tertampung dalam waduk tersebut dimanfaatkan untuk perbekalan kehidupan mereka dan mengaliri kebun-kebun mereka. Mereka tidak pernah kekurangan makanan, bahkan melebihi kebutuhan.
Qatadah meriwayatkan bahwa jika seorang perempuan masuk ke kebun itu dengan membawa keranjang dijunjung di atas kepala, maka buah-buahan yang telah ranum jatuh dengan sendirinya ke dalam keranjanga tanpa dipetik, setelah ia keluar dari kebun itu, ternyata keranjang yang ia bawa dengan sendirinya telah penuh dengan buah-buahan. ......Kepada mereka dikatakan: "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha pengampun (Baldatun thayyibatun warabbun ghafur)." (QS.Saba':15)
Hendaklah rezki yang dianugerahkan oleh Allah berupa tanah yang subur, buah-buahan yang manis rasanya, jaminan hidup, semuanya disyukuri dengan giat beramal, mengukir prestasi dalam kehidupan ini. Waduk dan bendungan yang telah dibuat oleh nenek moyang mereka, sehingga mewariskan pusaka yang sangat berharga itu dipelihara dengan baik. Dilengkapi kekurangannya, disumbat mana yang bocor, supaya kesuburan tanah tetap terjaga.
Pada akhir surat Saba' ini kita melihat ayat atau pertanda dari Maha kekuasaan Allah bahwa selama karunia Allah disyukuri dengan beramal dan bekerja, maka negeri yang didiami akan tetap baik. Dari hasil bumi yang melimpah timbullah kemakmuran yang merata. Namun bangsa Saba' tidak pandai bersyukur, mereka tidak mengindahkan pesan Tuhan kepada keluarga mereka Daud, yakni bersyukur dan bekerja, IUmaluu aala Daawuda syukran (bekerja wahai keluarga Daud dan bersyukurlah). Akhirnya datanglah tikus-tikus melobangi tembok bendungan air yang telah dibangun oleh nenek moyang mereka, kebocoran kecil yang terdapat pada waduk tidak diperdulikan, lalau Allah mendatangkan kepada mereka banjir yanga besar, tiba-tiba bangunan pusaka yang terkenal di negeri Saba' itu runtuh, setelah hujan lebat tampaklah bahwa kebun disebelah kanan dan kiti mereka berubah menjadi tumpukan batu-batu. Dan Allah menggantikan kedua kebun mereka dengan buah yang pahit-pahit, karena tanah yang mereka miliki menjadi gersang, berganti dengan bebatuan yang dihanyutkan oleh air, maka sisa-sisa pohon yang lama, hasil buahnya menjadi pahit, semacam pohon cemara(atsl) dan sedikit pohon sidr(sejenis pohon bidara). Buah yang indah dipandang tetapi tidak akan memberikan hasil rezki untuk perbekalan hidup. (QS.34:16)
Negeri yang subur, dan ampunan Tuhan sangat ditentukan oleh kualitas atas syukur penghuninya. Bencana yang menimpa seorang atau bangsa tidaklah datang begitu saja, melainkan disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri. Allah tidaklah menjatuhkan hukuman kepada orang yang tidak bersalah, krisis yang melanda berbagai negeri adalah karena ulah manusia itu sendiri. Seharusnya berbagai peristiwa di negeri ini menyentakkan kita, bahwa selama ini kita sering lalai, tidak pandai bersyukur terhadap karunia yang dianugerahkan oleh-Nya, telah dihinggapi oleh penyakit serba benda (hedonis).
Suatu bangsa dimanapun, termasuk bangsa kita Indonesia bila ingin dilindungi dari kehinaan dan kerendahan ataupun melepaskan diri dari keprihatinan yang menimpanya tidak bisa tidak harus menyempurnakan dan mengaktifkan hubungan dengan Khaliq dan menjalin hubungan dengan makhluk, menjaga keseimbangan.
"Ditimpakan atas mereka kehinaan di manapun mereka berada kecuali dengan tali dari Allah dan tali dari manusia dan mereka kembali mendapatkan kemurkaan dari Allah dan ditimpakan atas mereka kemurkaan." (QS. Ali Imran: 112).
Renungan lain:
Black Death di dalam sejarah umat manusia adalah salah satu yang paling maut bentuk wabah. Umumnya dianggap oleh seorang bernama wabah yang disebabkan oleh bakteri. Namun, baru-baru ini, oleh seseorang lainnya mempertimbangkan sejumlah penyakit yang ditimbulkan. Pada mengenai asal usul wabah pakar dalam berbagai sengketa. Beberapa sejarawan rasa Black Death dimulai di dua abad keempatbelas, tigapuluhan, atau orang Cina di Asia Tengah. Dalam beberapa tahun berikut oleh pedagang dan prajurit membawa ke Crimea di selatan Rusia. Pada abad keempatbelas dalam empatpuluhan, epidemi menyebar ke Eropa Barat dari Crimea dan Afrika Utara. Jumlah kematian yang disebabkan oleh Black Death di seluruh dunia hingga 75 juta, salah satu dari kematian Eropa tol 25-50 juta.
Black Death yang merupakan gejala kulit pasien dengan Peutz-up akan banyak, sehingga wabah ini dipanggil sebagai “Black Death.” Untuk pasien yang terinfeksi dengan penyakit, rasa sakit yang hampir mati tidak dapat dihindari, tidak ada kemungkinan obat.
Wabah ini disebabkan oleh bakteri yang tersembunyi di hitam bulu tikus yang membawa ke fleas. Pada 14. Abad, banyak kuantitas dan tikus. Terjadi secepat penyakit akan tersebar dengan cepat. Pada 1348 ~ 1350, secara total 25 juta di Eropa telah meninggal tulah. Namun, epidemi tidak berhenti di sini. Dengan 40 tahun setelah itu terjadi lagi dan lagi.
Pada abad 14. Ketika 20′s lagi sebelum kejadian dari wabah bakteri, telah di Gobi Desert di Asia, potensi selama ratusan tahun, diikuti dengan cepat dengan mouse ke dalam fleas penyebaran darah di mana-mana, dari Cina bawah kafilah rute perdagangan dari Asia Tengah dan menyebar ke Turki, kemudian oleh kapal ke Italia, untuk masuk ke Eropa. Padat penduduk Eropa telah menjadi seorang yg mudah marah dari penyakit ini. 3 tahun, the Black Death ravaged seluruh benua Eropa, dan kemudian menyebar ke Rusia, menyebabkan hampir satu-ketiga dari Rusia separo penduduk meninggal.
No comments:
Post a Comment