Sifat hati yang berbolak-balik membuat kita tidak heran jika suatu saat seseorang berperilaku baik dan saat yang lain berkelakuan buruk. Itulah mengapa Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk berdoa “Yaa muqollibalquluub tsabbit qolbi 'aladdiinika, Wahai Tuhan yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami atas agama-Mu”. Kita berdoa agar Allah senantiasa membuat kita tetap teguh dan istiqomah dalam agama Allah, dalam kebenaran dan kebaikan.
Saking berharganya hati ini Allah swt. sendiri menyebutkan syarat bagi manusia yang ingin selamat pada Yaumul Akhir nanti. Sebagaimana tersebut dalam Surah Asy-Syuara ayat 82-89 tentang Ibrahim a.s. yang berdoa kepada Rabbnya:
“(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan. Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat. Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Pada hari kebangkitan kelak, semua yang dimiliki tiada berguna sama sekali, anak-anak hebat yang selalu dibanggakan atau harta yang berlimpah tidak membawa manfaat sedikitpun bagi manusia. Kecuali orang yang menghadap Allah swt. dengan hati yang bersih, qolbun salim. Kebersihan hati inilah yang menjadi tolok ukur utama untuk menentukan selamat atau tidaknya manusia di akhirat kelak. Karena orang yang hatinya terpancar cahaya Ilahi tidak akan hidup kecuali dalam balut amal kebaikan. Hasrat dan kehendaknya sesuai dengan kehendak Allah swt. dengan kata lain selalu berusaha menaati Allah dan Rasul-Nya di manapun berada dan kapan saja.
Agar Hati Menjadi Bersih
Ada tiga makna qolbun salim. Pertama, seperti dikemukakan Ibnu Katsir, juga al-Alusi, qalbun salim bermakna salamat al-qalb 'an al-syirk aw al-aqa'id al-fasidah, yakni selamatnya hati dari syirik atau kepercayaan-kepercayaan yang sesat. Hati yang sehat berarti memiliki akidah yang benar, lurus, serta bebas dari segala bentuk kemusyrikan.
Kedua, qolbun salim berarti bersih dari penyakit-penyakit hati, salim min amradh al-qulub. Dalam permulaan surah al-Baqarah dikemukakan tiga golongan manusia, yaitu orang-orang takwa (al-muttaqun), orang-orang kafir (al-kafirun), dan orang-orang munafik (al-munafiqun). Golongan yang disebut terakhir ini adalah orang-orang yang hatinya berpenyakit. "Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya." (Q.S. Al-Baqarah: 10).
Ketiga, seperti badan yang sehat, hati yang sehat juga memiliki kesempurnaan dan kekuatan melakukan apa yang menjadi tugas dan fungsinya sesuai maksud penciptaan. Fungsi hati yang utama adalah mengenal Allah, yaitu iman dan takwa. "Al-taqwa ha-huna" (takwa itu di sini), dan beliau menunjuk ke dadanya tiga kali. (HR Baihaqi dari Abu Hurairah).
Beberapa ulama berpendapat bahwa yang dimaksud Qolbun salim yaitu:
- Qolbun yang sehat yaitu qolbunya orang yang beriman. Karena, qolbunya orang kafir dan munafiq adalah qolbu yang sakit (Sa`id bin Al Musayyib).
- Qolbun salim adalah qolbu yang berilmu (mengetahui) bahwa Allah itu adalah kebenaran, hari kiamat itu pasti tiba tanpa keraguan, dan Alloh akan membangkitkan siapa saja yang ada di dalam kuburan (Ibnu Sirin).
- Qolbun Salim adalah qolbu yang bersyahadah bahwa tidak ada Ilah Yang berhak diibadahi kecuali Allah (Ibnu Abbas).
- Qolbun salim adalah qolbu yang selamat dari bid`ah dan tentram di dalam sunnah (Abu Utsman An Naisaburi).
Ibnul Qoyyim rahimahullah berpendapat, tidak sempurna keselamatan qolbu secara mutlak kecuali sampai dia selamat dari 5 hal:
1. (Selamat dari) syirik yang bertentangan dengan tauhid.
2. (Selamat dari) bid`ah yang menyelisihi sunnah.
3. (Selamat dari) syahwat yang menyelisihi perintah (syari`ah)
4. (Selamat dari) lalai (ghoflah) yang bertentangan dengan ingat (dzikr)
5. (Selamat dari) hawa (kecenderungan diri) yang bertentangan dengan ikhlas.
Tak bisa disangkal, hati yang sehat menjadi pangkal kebaikan dan pendorong amal saleh. Di sini, hanya hati yang disebut sebagai pangkal keselamatan di akhirat, bukan anggota badan yang lain. Hal ini, menurut imam al-Razi, karena kalau hati sehat, seluruh anggota badan yang lain ikut sehat. Sebaliknya, kalau lidah atau kata-kata dan perbuatan anggota badan lain tak sehat, sudah bisa dipastikan bersumber dari hati yang tak sehat alias berpenyakit.
Islam sangat menjunjung tinggi nilai kebersihan baik secara lahir maupun batin. Sebagaimana Islam sendiri adalah agama yang bersih sesuai firman Allah swt. dalam Surah Az-Zumar ayat 3, “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)..” setiap muslim dianjurkan memiliki hati yang bersih, yakni bersih dari menyekutukan Allah, bersih dari niat yang tidak ikhlas, bersih dari iri dan dengki terhadap orang lain, hingga bersih dari prasangka.
Allah swt. secara langsung memperingatkan hamba-Nya dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, “Jauhilah oleh kalian kebanyakan dari prasangka karena sebagian prasangka adalah dosa.” Dan solusinya umat Islam dianjurkan untuk selalu berbaik sangka kepada Allah swt. dan sesama manusia. Agar hati tetap bersih.
Berikut beberapa kiat menjaganya.
1. Muhasabah, mengevaluasi diri
2. Memperbanyak dzikir
3. Rutin sholat malam (tahajud)
4. Selalu membaca, mentadaburi, mentafakuri Al Quran
5. Selalu meminta dan berserah diri kepada Alloh
6. Bergaul dengan orang yang sholeh
7. Menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat
8. Menjauhi ahli maksiat
9. Tidak ikut campur dalam urusan yang tidak bermanfaat
10. Mengkonsumsi makanan halal dan tidak berlebihan
Umat Islam dikondisikan selalu bersuci. Dalam sehari, minimal lima kali seorang muslim bersuci, membersihkan diri dari segala kotoran yang membatalkan. Hal ini dianalogikan seperti seseorang yang mandi di sungai dekat rumahnya sebanyak lima kali sehari. Bayangkan betapa bersihnya ia, sedang kita sudah biasa mandi dua kali sehari dan merasa bersih karenanya. Demikianlah kesucian merupakan hal yang utama dalam Islam. Itu karena Allah swt. Maha Suci, menyukai segala yang bersih dan suci, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an, “...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang membersihkan dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 108).
Materi pokok yang sangat baik, jazakallahu atas posting materi ini
ReplyDelete