Saturday, January 16, 2016

PROPOSAL PTK TAFSIR MADRASAH ALIYAH

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PEER LESSON DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN TAFSIR DALAM MATERI QIRA'AH AL-QUR'AN
DI KELAS X-AGAMA MAN SUKOHARJO SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2015/2016


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidika guru mempunyai peranan penting khususnya dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya sebagai fasilitator, motivator, creator, dan inovator. Sehingga pola pikir pembelajaran mengacu pada empat pilar pendidikan yang ditetapkan UNESCO yaitu Learning to know (belajar mengetahui), Learning to do (belajar melakukan), Learning to be (belajar menjadi diri sendiri), and Learning to live together (belajar hidup dalamkebersamaan).[1]

Penggunaan strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran yangdapat melibatkan aktivitas siswa. Oleh karena itu perlu adanya aktivitas siswa serta kemampuan guru dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan. Penggunaan Strategi yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar-mengajar, tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama.[2] Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan lambat. Proses pembelajaran selama ini masih terkesan hanya berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber utama dan serba tahu, sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga ceramah merupakan satu-satunya pilihan yang dianggap paling cocok dalam strategi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil pembelajaran tidak sesuai dengan harapan, karena siswa hanya memperoleh pengetahuan secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak aktif dalam memberikan informasi.

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan melalui media tertentu kepada penerima pesan. Seorang siswa akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip pertama dalam kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Sebab tanpa adanya keaktifan, siswa tidak mengerti apa yang akan dipelajarai dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajarai. Sehingga kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.[3]

Kesulitan belajar jugadisebabkan kurang aktifnya siswa, jarang bertanya, jarang mencatat, dan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat pada waktu dikelas. Siswa mengalami kesulitan belajar dengan menggunakan catatannya sendiri, karena teknik mencatat siswa belum terstruktur sesuai dengan pemikiran siswa itu sendiri. Sehingga masih berpedoman pada buku paket dan lembar kerja siswa (LKS).

Peer Lesson merupakan suatu strategi untuk mendukung pengajaran sesama siswa di dalam kelas dan menempatkan seluruh tanggung jawab pegajaran kepada seluruh anggota kelas.[4] Strategi ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan yang positif terhadap teman sekelompoknya karena setiap kelompok bertanggungjawab untuk menguasai materi pelajaran yang telah ditentukan dan mengajarkan atau menyampaikan materi tersebut kepada kelompok lain.

Modalitas belajar merupakan potensi dasar atau kecenderungan yang dimiliki anak. Modalitas ini akan mempengaruhi penentuan pendekatan belajar, strategi, metode, dan teknik belajar anak. Sehingga modalitas belajar ini perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran termasuk pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang akan ditetapkan.[5] Modalitas belajar tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu; visual (yaitu belajar dengan cara melihat), auditorial (yaitu belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).

Dengan memperhatikan berbagai kegunaan media dan macam-macam media serta dengan memperhatikan modalitas belajar yang dimiliki siswa yangtelah dipaparkan di atas, maka peneliti akan mencoba menggunakan media audiovisual. Media audiovisual yaitu media pandang-dengar. Media penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal sesuai dengan modalitas belajar siswa sehingga diharapkan siswa akan lebih paham akan materi pembelajaran yang dipelajari sehingga prestasi belajar siswa akan lebih meningkat.

Materi qira'ah dalam mata pelajaran tafsir harus menggunakan media audiovisual karena siswa harus mampu mengidentifikasi beberapa ragam bacaan dalam satu ayat atau surat. Dalam materi dalam buku ajar siswa dan buku guru tidak disebutkan contoh ragam qiraah dalam satu sayat atau surat, sehingga siswa sulit untuk memahami ragam bacaan tersebut, sehingga perlu disajikan materi secara jelas yang diharapkan siswa mampu mengidentifikasi atau menyebutkan perbedaan bacaan tersebut. Adapun kelas yang dijadikan obyek penelitian adalah kelas X Agama semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul " Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson dengan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Tafsir dalam Materi Qira'ah Sab'ah di Kelas X Agama MAN Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016"


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya yaitu, mengapa kemampuan memahami ragam bacaan qira'at al-Qur'an siswa kelas X Agama MAN Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 masih rendah?


C. Pembatasan Masalah

Keaktifan adalah salah satu fasilitas atau kecenderungan individu untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki motivasi, akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan aktifitasnya. Individu atau siswa dikatakan memiliki keaktifan belajar, apabila individu memiliki adanya suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan belajarnya, selain itu adanya sikap ulet, gigih, tidak putus asa dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. Individu yang memiliki sikap tidak jenuh dalam pelajaran, dan selalu mencari cara untuk menemukan ide-ide dalam belajar turut serta dikatakan sebagai individu yang memiliki keaktifan belajar yang kuat. Sedangkan keaktifan belajar siswa di sini adalah kemampuan siswa untuk dapat memahami, menyelesaikan dan memecahkan tugas yang berkaitan dengan materi ragam bacaan qira'ah al-Qur'an.

Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan dibicarakan mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian dan pada pembahasan berikutnya akan dibicarakan pula prestasi belajar sebagai alat motivasi.

Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai diakhir kegiatan belajar. Peer Lesson adalah sebuah strategi yang mengembangkan Peer Teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar pada peserta didik sebagai anggota kelas. Peer Lesson merupakan salah satu strategi dari active learning (pembelajaran aktif). Ini berarti strategi Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung pengajaran sesama siswa di dalam kelas.

Sedangkan media yang dipakai adalah audio visual yakni alat bantu yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara pengirim pesan ke penerima pesan, yaitu guru dan peserta didik yang dapat ditangkap oleh indera pendang dan dengar. Media audiovisual merupakan perpaduan yang saling mendukung gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran penonton.


D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagao berikut:

1. Apakah melalui strategi pembelajaran peer lesson dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an bagi siswa kelas XI Agama MAN Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 ?

2. Apakah melalui media pembelajaran dengan audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an bagi siswa kelas XI Agama MAN Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 ?


E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an bagi siswa kelas XI Agama MAN Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

2. Melalui media pembelajaran dengan audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an bagi siswa kelas XI Agama MAN Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.


F. Manfaat Peelitian

1. Manfaat bagi siswa
  1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an.
  2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an.
  3. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar pada mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an, sehingga meningkatkan (prestasi) hasil belajarnya.
2. Manfaat bagi peneliti
  1. Melalui strategi pembelajaran peer lesson dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an.
  2. Melalui media pembelajaran dengan audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an.
  3. Melalui strategi pembelajaran peer lesson dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah al-Qur'an, sehingga meningkat pula hasil belajar bagi siswa.
3. Manfaat bagi sekolah
  1. Meningkatnya (prestasi) hasil belajar para siswa secara tidak langsung akan meningkatkan pula prestasi sekolah .
  2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai rujukan atau pijakan dalam merumuskan kebijakan pendidikan pada sekolah, khususnya dalam penggunaan media pembelajaran
4. Manfaat bagi teman sejawat
  1. Bisa digunakan sebagai referensi mengajar bagi guru lain dalam proses pembelajaran.
  2. apat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan penelitian tindakan kelas lebih lanjut.
5. Manfaat bagi perpustakaan sekolah
  1. Dapat dijadikan jurnal atau buku referensi agar dimanfaatkan oleh para pecinta pendidikan.
  2. Bisa menambah koleksi buku bacaan pada perpustakaan sekolah.


BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Keaktifan Siswa

a. Pengertian

Keaktifan berasal dari kata “aktif” yang artinya selalu berusaha, bekerja, dan belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat kemajuan/prestasi yang gemilang.[6] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif diartikan sebagai giat.[7] Keaktifan siswa berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat oleh siswa yang menghasilkan perubahan dari tidak melakukan apa-apa menjadi melakukan sesuatu. Sedangkan aktivitas siswa dapat dijabarkan sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, kesibukan, maupun kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Ketika siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, maka ia akan cepat lupa dengan informasi yang ia dengar. Karena belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan cepat lupa, padahal hasil belajar seharusnya disimpan dalam jangka waktu lama. Salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia. Agar hasil belajar dapat disimpan dalam selang waktu yang panjang, maka siswa diharuskan memahami apa yang telah ia pelajari. Kenyataan ini, sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari Yunani, konfusius yang mengatakan: "Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan saya paham".[8]

Berdasarkan ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan ceramah saja. Agar siswa dapat memahami materi pelajaran, maka dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya menunjukkan konsep yang nyata kepada siswa, dan guru hendaknya melibatkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang mengharuskan siswa berpikir kritis, logis, teoritis, rasional dan percaya diri.

Keaktifan itu ada secara langsung seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data, dan lain sebagainya.[9] Bentuk keaktifan siswa dalam belajar salah satunya adalah pemusatan terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, perenungan dan penerapan dalam penyelesaian masalah. Jadi, dalam pembelajaran, keaktifan siswa menjadi lebih dominan karena siswa lebih banyak melakukan aktivitas belajar.

b. Unsur Keaktifan

Sudjana menjelaskan bahwa kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses terdiri dari enam unsur, yaitu unsur belajar, peserta didik, tingkat kesulitan belajar, stimulus dan lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, pola respon.[10] Menurut Paul B. Dierdich yang dikutip oleh S. Nasution, aktivitas siswa dapat digolongkan menjadi delapan, yaitu: (1) Visual Activities yaitu membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dsb. (2) Oral Activities yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakanwawancara, diskusi, interupsi, dsb. (3) Listening Activities yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dsb. (4) Writing Activities yaitu menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dsb. (5) Drawing Activities yaitu menggambar, membuat grafik, peta, pola, diagram, dsb.(6) Motor Activities yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, memelihara binatang, berkebun, dsb. (7) Mental Activities yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dsb. (8) Emotional Activities yaitu menaruh minat, merasa, bosan, gembira, berani, senang, gugup, dsb.[11]

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat di tarik benang merah bahwa keaktifan siswa secara optimal yang terjadi di dalam proses pembelajaran adalah ketika guru menyajikan materi berperan sebagai fasilitator bukan sebagai subjek pembelajaran. Guru menjembatani siswa untuk dapat tanggap terhadap materi yang sedang disampaikan sehingga interaksi guru dengan siswa berjalan optimal. Guru juga berperan sebagai moderator agar antara siswa satu dengan siswa yang lainnya terdapat interaksi. Guru dapat menyajikan suatu kasus terkait dengan materi yang sedang dipelajari dan meminta siswa secara berkelompok mendiskusikan pemecahan masalahnya, sehingga interaksi antara siswa dengan siswa yang lainnya pun berjalan optimal sebagaimana mestinya. Selanjutnya, guru berperan sebagai evaluator terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung, dimana guru memberikan evaluasi berupa soal kepada siswa untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi yang telah berlangsung. Evaluasi ini juga dapat memacu siswa untuk dapat memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

2. Strategi Pembelajaran Peer Lesson

Hilda Taba menyatakan dalam Suprihadi, bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru dalam proses pengajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapai pembelajaran.[12]

Dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas, perlu adanya keseimbangan dan kesesuaian diantara mereka, salah satu hal yang menjadi sorotan utama dalam pembelajaran tersebut adalah strategi yang digunakan oleh guru untuk memunculkan semangat dan kemauan siswa dalam belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus menyiapkan strategi pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dajarkan dengan menggunakan pendekatan strategi tersebut, misalnya role playing, card sort, the power of two, true and false, dan lain-lain. [13]

Strategi pembelajaran aktualisasinya berwujud serangkaian dari keseluruhan tindakan strategis guru dalam rangka mewujudkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien. Efektifitas strategi dapat diukur dari tingginya kualitas dan kualitas hasil belajar yang dicapai anak. Sedangkan efisien dalam arti penggunaan waktu, fasilitas, maupun kemampuan yang tersedia.Disamping itu tindakan-tindakan operasioanal guru di kelas juga berkaitan dengan dan siasat guru dalam rangka: ((1) memotivasi dan menarik perhatian siswa, (2) meningkatkan partisipasi, (anak, (3) meningkatkan kemandirian belajar anak, (4) meningkatkan disisplin dan ketertiban kelas, (5) hubungan interpesonal anggota kelas dan sejenisnya.[14]

Siswa merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal. Jika berkelompok, kapan siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan secara campuransebagai kemampuan sehingga menjadi tutor sebaya.[15]

Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta didik, hal ini biasa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik yang kurang mampu. Alternatif, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil.

Ketika mereka belajar dengan “tutor sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Manfaat metode peer lesson diantaranya adalah (1) Otak bekerja secara aktif. Dengan strategi Peer lessons siswa diajak belajar secara aktif baik di dalam maupun di luar kelas, mereka diberi kesempatan untuk memilih strategi apa yang mereka inginkan dan mereka juga mempunyai tanggung jawab menguasai pelajaran untuk dipresentasikan atau diajarkan kepada temannya (2) Hasil belajar yang maksimal. Dengan strategi Peer Lessonspeserta didik dapat belajar secara aktif, di dalam dan di luar kelas dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang lain, sehingga mendorong mereka untuk lebih giat belajar baik secara mandiri maupun kelompok. (3) Tidak mudah melupakan materi pelajaran. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. (4) Proses pembelajaran yang menyenangkan. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana menyenangkan. (5) Otak dapat memproses informasi dengan baik. Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak itu tidak dalam kondisi on , maka otak memerlukan sesuatu yang dapat dipakai untuk menghubungkan antara informasi yang baru diajarkan dengan informasi yang telah dimiliki. Jika belajar itu pasif, otak tidak akan dapat menghubungkan antara informasi yang baru dengan informasi yang lama.[16]

3. Media Audio Visual

Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.[17]

Sedangkan media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi pembelajaran antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media pembelajaran yaitu segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik. Tujuannya adalah merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Media selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi.[18]

Berdasarkan beberapa pendapat di atas memberikan gambaran bahwa media pembelajaran digunakan sebagai alat bantu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima atau dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran selain itu media pembelajaran memberikan manfaat yang besar bagi kemudahan siswa dalam memahami materi pelajaran. Media pembelajaran yang disajikan harus menarik perhatian siswa, sehingga semangat belajar siswa menjadi meningkat. Media pembelajaran dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau madrasah sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi program pembelajaran.

Media pembelajaran audiovisual adalah alat bantu yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara pengirim pesan ke penerima pesan, yaitu guru dan peserta didik yang dapat ditangkap oleh indera pendang dan dengar. Media audiovisual merupakan perpaduan yang saling mendukung gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran penonton.

Audiovisual akan lengkap dan menyajikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan tugas guru. Sebabnya penyajian meteri bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.


4. Pembelajaran Tafsir Materi Qira'ah

Pembelajaran adalah suatu usaha untuk mengubah seseorang agar ia dapat berperilaku tertentu. Dalam pembelajaran ada kesenjangan. Hal ini merupakan cirri khas suatu pembelajaran. Pembelajaran terjadi setelah usaha tertentu dibuat untuk mengubah suatu keadaan semula menjadi keadaan yang diharapkan.[19] Sedangkan menurut nana Sudjana, pembelajaran adalah operasionalisasi dari kurikulum pembelajaran di sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajar yang diatur oleh pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran.[20]

Pembelajaran tafsir adalah operasionalisasi dari guru bidang studi tafsir yaitu bagaimana proses pembelajaran tafsir yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada jurusan agama di Madrasah Aliyah Negeri Sukoharjo, dan merupakan mata pelajaran inti yang akan diujinakan secara nasional (Ujian Nasional). Adapun materi qira'ah,[21] adalah salah satu materi tafsir di kelas X jurusan agama semester 2. Materi ini termasuk materi yang sulit karena pada jenjang pendidikan sebelumnya belum pernah diajarkan dan dikenalkan, dan dalam modul juga tidak ada contoh-contoh yang konkrit dan jelas tentang qira'ah yang dimaksud, sehingga guru perlu memberikan contoh-contoh bacaan yang jelas, misalnya, dalam QS. Al-Baqarah/2: 259

وانظر الى العظام كيف ننشزها

“.....dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali”

Kata ننشزها dibaca dengan huruf zay ( ز ) artinya kami menyusun kembali, dan di baca dengan huruf ra’ ( ر ) artinya kami hidupkan kembali.


B. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir penelitian merupakan urut-urutan logis dari pemikiran peneliti untuk memecahkan suatu masalah penelitian, yang dituangkan dalam bentuk bagan dengan penjelasannya. Menurut Muhamad Idrus bahwa, kerangka berpikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis.[22] Sedangkan menurut Riduwan bahwa, kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel.[23]
Dalam penelitian tindakan kelas ini, kerangka berpikir dimulai dari kondisi awal, bahwa guru belum menggunakan media atau metode pembelajaran demonstrasi dan masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media slide powerpoint, serta diperoleh hasil belajar siswa terutama ketertarikan untuk belajar tajwid masih rendah. Oleh karena itu, pada tingkat tindakan akan dilakukan perubahan metode dari ceramah ke metode demonstrasi yang dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I, menggunakan metode demonstrasi dengan kelompok besar, dan diketahui hasil belajarnya. Siklus II, menggunakan metode demonstrasi dengan elompok kecil, dan akan diketahui hasil belajar siswa. Dan pada tingkat kondisi akhir, diduga dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar tajwid.


C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Melalui pendekatan peer lesson dengan media pembelajaran audio visual dapat meningkatkan sikap keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran Tafsir materi qira'ah Al-Qur'an kelas X Agama MAN Sukoharjo Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

2. Melalui pendekatan peer lesson dengan media pembelajaran audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Tafsir materi qira'ah Al-Qur'an kelas X Agama MAN Sukoharjo Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

3. Melalui pendekatan peer lesson dengan media pembelajaran audio visual dapat meningkatkan sikap keaktifan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Tafsir materi qira'ah Al-Qur'an kelas X Agama MAN Sukoharjo Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 10 minggu yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2016, pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Pada minggu ke-3, bulan Januari digunakan untuk penyusunan proposal, minggu ke-4 sampai ke-5 Januari untuk penyusunan instrumen, minggu ke- 1-2 bulan Pebruari digunakan untuk pengumpulan data siklus I, minggu ke- 3-4 bulan Pebruari digunakan untuk pengumpulan data siklus II. Sedangkan minggu ke-1-2 bulan Maret digunakan untuk analisi data dan pembahasan dan yang terakhir minggu ke-3 bulan Maret digunakan untuk penyusunan laporan hasil. 

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di kelas X jurusan Agama MAN Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Kelas X Agama dipilih karena materi tentang Qira'ah Al-Qur'an hanya ada di jurusan Agama kelas X saja.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Moleong mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.[24] Adapun Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Agama semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 siswa dan siswa perempuan sebanyak 20 siswa.

2. Objek Penelitian

Menurut Sugiyono obyek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).[25] Sedangkan objek dari penelitian ini meliputi: (1) Keaktifan belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah Al-Qur'an, (2) Hasil belajar mata pelajaran tafsir materi qira'ah Al-Qur'an, (3) Penerapan strategi peer lesson dengan media pembelajaran audiovisual pada siswa MAN Sukoharjo kelas X Agama semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

Keaktifan berarti aktifitas atau kegiatan yang tinggi terhadap sesuatu. Keaktifan merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Guru dan siswa merupakan dua unsur yang terlibat langsung dalam proses interaksi belajar-mengajar. Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan.


C. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Melalui tes kognitif

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat.[26] Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:

a. Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.

b. Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif.

c. Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.

Tes yang digunakan berupa tes subyektif adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti, uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.[27]

Sedangkan tes obyektif berupa pilihan ganda (multiple choice test) terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif.

Jenis tes ini digunakan untuk mendapatkan data berupa nilai dari tes pilihan ganda, sehingga dapat diketahui sejauhmana penguasaan materi pelajaran pra siklus dan siklus I, II dengan menggunakan pendekatan peer lesson.

2. Pengamatan (observasi)

Observasi menurut Suharsimi Arikunto meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara teliti.[28]

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Observasi ini digunakan untuk memperoleh data berupa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang tertuang dalam ceklis dan diisi oleh kolaborator sebagai pembantu peneliti dalam tindakan ini.

3. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.[29] Jadi wawancara adalah teknik pengumpul data yang dilakukan dengan berdialog secara langsung.

Tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk menciptakan hubungan baik diantara dua pihak yang terlibat ( subyek wawancara dan pewawancara ). Pertemuan itu harus bebas dari segala kecemasan dan ketakutan sehingga memungkinkan subyek wawancara menyatakan sikap dan perasaan dengan bebas, tanpa mekanisme pertahanan diri yang kadang-kadang menghambat pernyataannya dan Mendorong ke arah penyusunan kegiatan yang konstruktif pada subyek wawancara. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pendapat tentang metode atau media pembelajaran yang digunakan atau untuk menggali informasi lain yang berkaitan dalam proses pembelajaran tafsir.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Tes.

Penelitian ini menggunakan tes awal dan tes akhir. Pada tahap pra siklus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa mengenai sikap keaktifan dan hasil belajar. Pada siklus I dilakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan mengidentifikasi perbedaan qira'ah dalam Al-Quran yang kemudian dipresentasikan antar kelompok (peer lesson)

Pada siklus II siswa melakukan kegiatan studi kasus di dalam kelas sesuai dengan kasus yang dipilih. Pelaksanaan tes pada siklus ini dilaksanakan di dalam kelas setelah siswa dalam kelompoknya melaksanakan studi kasus dan menuliskan hasil analisis. Evaluasi dilakukan guru dengan memberikan nilai setiap siswa dan hasil penelitian tersebut merupakan hasil tes.

2. Teknis Non Tes.

Data non tes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Teknis non tes ini dilakukan untuk mengetahui keadaan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Teknis non tes yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara, dan jurnal.

a. Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan keakifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu seorang teman/kolaborator.

Observasi ini berlaku pada semua siswa dengan cara memberikan tanda check (√) pada lembar observasi. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari observasi tersebut kemudian dianalisis dan didiskripsikan dalm bentuk uraian kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa.

b. Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran tafsir yang berkaitan dengan materi qira'ah Al-Qur'an dengan tanya jawab secara langsung terhadap siswa pada akhir pembelajaran.

Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran dengan menggunakan alat perekam. Teknik wawancara dilaksanakan apabila pelaksanaan dalam pembelajaran telah selesai. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih lengkap dan terinci.

Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa siswa yang memiliki nilai tes tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu wawancara juga dilakukan pada siswa yang memberikan tanggapan positif dan tanggapan negatif terhadap penggunaan pendekatan ini.

Melalui hasil wawancara diharapkan dapat diketahui respon siswa terhadap pembelajaran dan kesulitan-kesulitan dalam memahami materi qira'ah Al-Qur'an. Pemilihan siswa yang akan diwawancarai ini berdasarkan data hasil observasi dan data jurnal kegiatan siswa.

c. Jurnal

1) Jurnal Siswa

Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Jurnal kegiatan siswa dibuat setiap akhir pertemuan pelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa menulis jurnal yang berisi pendapat siswa terhadap metode yang digunakan guru, materi pelajaran, kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis hasil wawancara, perasaan siswa selama pembelajaran tafsir materi qira'ah Al-Qur'an, serta kesan dan saran siswa terhadap materi tersebut

Dari jurnal kegiatan siswa ini, guru membuat rekap jurnal. Hasil rekap jurnal kegiatan siswa digunakan untuk melakukan self refleksion terhadap kegiatan belajar mengajar. Jurnal yang diisi oleh guru meliputi pendapat mengenai seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Jurnal Guru

Berisi catatan mengenai perilaku siswa, respon siswa pada saat pembelajaran materi qira'ah Al-Qur'an berlangsung dengan menggunakan pendekatan peer lesson. Dari data tersebut direkap menjadi satu dengan tujuan untuk mempermudah dalam menganalisis perkembangan kemampuan siswa.

d. Dokumentasi Foto

Penggunaan foto bermanfaat untuk melengkapi sumber data untuk kemudian dianalisis bersama sumber data yang lain. Pengambilan data melalui dokumentasi foto dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti yang sekaligus mengajar meminta bantuan kolaborator untuk mengambil gambar. Pada saat penelitian, peneliti meminta bantuan kolaborator untuk mempersiapkan proses pembelajaran yaitu membagi kelas menjadi beberapa kelompok besar atau kecil, membagikan kertas untuk tiap kelompok, dan mendokumentasikan proses pembelajaran tersebut melalui foto. Proses pengambilan foto dilakukan pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran yang terdiri dari: 1) kegiatan awal pembelajaran, 2) sikap siswa saat guru member penjelasan, 3) kegiatan siswa pada saat berdiskusi dengan kelompoknya, 4) kegiatan siswa saat memberi contoh materi qira'ah Al-Qur'an, 5) kegiatan siswa mengerjakan tugas dari guru untuk menulis contoh qira'ah Al-Qur'an, dan 6) kegiatan siswa saat merefleksi hasil belajarnya. Gambar-gambar foto yang telah terkumpul selanjutnya dilaporkan secara deskriptif sesuai dengan kondisi yang ada.


E. Validasi Data

Menurut Arikunto, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.[30]

Suatu data dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antar data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya. Ada dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), transferbility (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

Peneliti ini menggunakan uji kredibilitas triangulasi. Menurut Sugiyono, triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Secara keseluruhan terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.[31]

Dari ketiga bentuk triangulasi tersebut, penelitian ini menerapkan bentuk triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data ini untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu melalui observasi dan wawancara. Apabila dengan dua teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data bersangkutan guna memastikan kebenarannya atau mungkin semua dianggap benar karena sudut pan-dangnya berbeda-beda.

Validasi data dalam penelitian ini adalah sikap keaktifan (Y1) dan hasil belajar (Y2). Validasi data sikap keaktifan ( Y1) dapat diperoleh melalui observasi, supaya data valid perlu melibatkan observer yang lain yang dikenal dengan istilah berkolaboasi dengan teman sejawat. Kegiatan ini disebut juga triangulasi sumber. Untuk data pengamatan dapat diperoleh dari peneliti, guru sejawat bahkan siswa dapat dilibatkan sebagai pengamat dimana hasil penagamatn siswa biasanya berupa learning log atau catatan pengamatan berupa kesan dan pesan terkait dengan kelebihan dan kekurangan metode yang dan suasana kelas yang dirasakan oleh siswa.

Sedangkan validasi data hasil belajar (Y2) diperoleh dari tes tertulis agar valid isinya (content validity) maka perlu dibuatkan kisi-kisi soal sebelum soal disusun. Hal ini penting dilakukan dengan alasan diantaranya: (a) kisi-kisi dibuat dengan maksud supaya materi yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (b) kisi-kisi perlu dibuat agar buti soal yang dibuat tidak mengelompok pada satu bahasan.


F. Analisis Data

Menurut Sugiyono bahwa, analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara catatatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara: mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan membuat kesimpulan agar mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.[32] Analisis data kualitatif bersifat induktif berdasarkan data yang diperoleh, dikembangkan dengan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis yang kemudian dicarikan data secara berulang-ulang. Setelah itu barulah dapat ditarik suatu kesimpulan apakah hipotesis ditolak atau diterima. Apabila data dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi teori.

Analisis data sikap ketertarikan (Y1) adalah data yang berbentuk kualitatif. Ada 3 data yang perlu dianalisis yaitu Y1 kondisi awal, Y1 siklus I, dan Y1 siklus II.

Adapun analisis menggunakan teknik deskriptif komparatif. Deskripsi komparatif disini adalah membandingkan data Y1 kondisi awal dengan data Y1 siklus I, data Y1 siklus I dibandingkan dengan data Y1 siklus II. Selanjutnya data Y1 kondisi awal dibandingkan dengan Y1 data kondisi akhir. Selanjutnya pada adalah kegiatan refleksi yang dibuat beradsakan deskripti f kompaatif yang telah dilakukan. Pada kegiatan refleksi dibuat kesimpulan guna menentukan tindak lanjut untuk siklus berikutnya .

Adapun analisis data hasil belajar (Y2) pada prinsipnya sama dengan analisis data Y1. Hanya saja untuk data Y1 data berupa data kuantitatif. Sehingga tindak lanjut untuk Y1 hendaknya juga berpengaruh terhadap Y2.


G. Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan kelas merencanakan terdiri dari 2 siklus.

Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri dari:

1. Perencanaan/persiapan

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan beberapa kegiatan seperti mencari referensi yang berkaitan dengan mata pelajaran tafsir materi qira'ah Al-Qur'an, pendekatan pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu peer lesson yang peneliti peroleh dari buku-buku yang relevan maupun dari internet.

Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

a. Pembuatan jadwal penelitian

b. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Pembuatan slide menggunakan Microsoft PowerPoint karena program yang sangat mudah dioperasionalkan dengan materi qira'ah Al-Qur'an pada mata pelajaran tafsir

d. Pembuatan lembar tugas siswa yang berisi tugas dan kegiatan siswa. Lembar tugas ini diharapkan mampu mengarahkan fokus perhatian siswa.

e. Pembuatan instrumen penilaian dan lembar pengamatan.

f. Pembuatan daftar pertanyaan untuk wawancara

2. Tindakan

Tindakan penelitian dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi qira'ah Al-Qur'an mata pelajaran tafsir dengan menggunakan pendekatan peer lesson, dan kegiatan ini dilakukan di ruang kelas.

3. Observasi

Obervasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa. Dalam tahap ini yang diamati antara lain :

a. Jalannya proses pembelajaran

b. Situasi lingkungan dan subjek penelitian pada waktu proses pembelajaran.

c. Tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan setiap akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan, kelemahan, dan kelebihan terhadap kegiatan pembelajaran selama penelitian.

Setelah mengetahui keberhasilan dan kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, peneliti akan melakukan penyempurnaan tindakan, modifikasi, dan inovasi pada siklus-siklus berikutnya. Peneliti berusaha agar hasil belajar materi qira'ah Al-Qur'an sampai pada hasil yang optimal.



[1] Zaenal Aqib, Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2007), cet. 1, hal. 43

[2] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, hal. 73.

[3] Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 40

[4] Melvin L. Hilberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, edisi revisi, (Bandung: Nuansa, 2012) cet. VI, hal 185

[5] Musfiqin, Media dan Sumber Belajar, (Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya, 2012), hal. 12.

[6] Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Kontemporer (Jakarta:Modern English Press, 1991, Edisi Pertama), hal. 34

[7] Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 19

[8] Hisyam Zani dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: CTSD, 2007), hal. xvixvii

[9] Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001), hal. 95.

[10] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 105

[11] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 91

[12] Suprihadi Saputro,dkk, Strategi Pembelajaran, (Malang : Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Pendidikan, 2000), hal. 21

[13] Lihat, Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga), hal. 65

[14] Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga), hal. 21

[15] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 112

[16] Dolah dari http://www.atcontent.com/Publication/869669898743999K4.text/-/Menerapkan-Strategi-Peer-Lesson-dalam-Pembelajaran, diakses pada hari Senin, 4 Januari 2016 pukul 21.00 WIB

[17] Drs. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 243

[18] Hamzah B. Uno, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 122.

[19] A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta 1991), hal. 14

[20] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Grasindo), hal. 10

[21] Definisi qira'at dari beberapa ahli diantaranya:

· Az-Zarkasyi:

اختلاف الفاظ الوحي المذكور في كتابة الحروف اوكيفيتها من تخفيف وتثقيل وغيرها

· As-Sabuni

مذهب من مذاهب النتق في القراءن يذهب به امام من الائمة باسانديها الى رسول الله صلى الله عليه وسلم

· Az-Zarqani

مذهب يذهب اليه امام من ائمة القراء مخالفا به غيره في النتق بالقراءن الكريم مع اتفاق الرواياة والطرق عنه سواء اكانت هذه المخالفة في نطق الحروف ام في نطق هيئاتها


[22] Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Yogyakarta : Erlangga, 2009), hal. 75

[23] Riduan, Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2004), hal. 25

[24] Moleong, J Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 2010), hal. 132

[25] Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, (Bandung: Alfabetha, 2012), hal. 13

[26] Amir Daien Indrakusuma, Evaluasi Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1993), hal. 21

[27] Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 162

[28] Ibid., hal. 199

[29] Ibid., hal. 104

[30] Arikunto, Suharsimi, Op. Cit., hal. 211

[31] Sugiyono, Op. Cit., hal. 53

[32] Sugiyono, Op. Cit., hal. 70

No comments:

Post a Comment