Jagad hiburan dikejutkan dengan meninggalnya penyanyi dangdut dari Kerawang, Irma Bule yang tragis terkena patukan ular king kobra yang menemaninya dalam aksi panggung di Dusun Selang Hajat, Desa Ciwaringin Kecamatan Lemahabang tanggal 4 April 2016 dengan membawa ular untuk diajak menari bersamanya. Irma Bule dikenal sebagai penyanyi organ tunggal di grup X-DJ yang biasa manggung ke desa-desa sekaligus sebagai penari ular.
Bagi seorang artis, termasuk penyanyi dituntut mempunyai daya pikat tersendiri, penampilan dan gaya merupakan bagian dari eksotis yang harus dipertontonkan di publik. Muncullah bentuk-bentuk performing art sebagai bentuk jatidirinya, misalnya goyang gergaji Dewi Persik, goyang itik Zaskia Shintia, goyang patah-patah Anisa Bahar, goyang ngecor Uut Permatasari, goyang kayang Putri Vinata, goyang drible Duo Serigala, atau goyang ngebor versi Inul Daratista yang pernah menjadi heboh dan fenomenal, bahkan menjadi kontroversial. Bisa jadi akan lahir pula model, gaya atau istiah-istilah lain sebagai trademark penyanyi untuk dijadikan daya tarik tersendiri dengan mengeksplorasi dan mengaktualkan jiwa dan potensi seninya.
MEDIA TARBIYAH MERAJUT UKHUWAH
Banyak orang hidup dalam komunitas individualis dan apatis, hal tersebut jelas tidak tepat karena manusia makhluq sosial. Maka kebahagiaan, keselamatan dan informasi perlu disebarluaskan agar menjadi investasi amal
Friday, April 15, 2016
Tuesday, March 22, 2016
HADIAH FATEHAH BAGI ORANG MATI
Sebelumnya kita perlu memahami bahwa ditinjau dari bentuk pengorbanan hamba, ibadah dibagi menjadi 3,
Pertama, ibadah murni badaniyah, itulah semua ibadah yang modal utamanya gerakan fisik.
Seperti shalat, puasa, dzikir, adzan, membaca al-Quran, dst.
Kedua, ibadah murni maliyah. Semua ibadah yang pengorbanan utamanya harta
Seperti zakat, infaq, sedekah, dst.
Ketiga, ibadah badaniyah maliyah. Gabungan antara ibadah fisik dan harta sebagai pendukung utamanya. Seperti jihad, haji atau umrah.
Pertama, ibadah murni badaniyah, itulah semua ibadah yang modal utamanya gerakan fisik.
Seperti shalat, puasa, dzikir, adzan, membaca al-Quran, dst.
Kedua, ibadah murni maliyah. Semua ibadah yang pengorbanan utamanya harta
Seperti zakat, infaq, sedekah, dst.
Ketiga, ibadah badaniyah maliyah. Gabungan antara ibadah fisik dan harta sebagai pendukung utamanya. Seperti jihad, haji atau umrah.
Saturday, January 16, 2016
PROPOSAL PTK TAFSIR MADRASAH ALIYAH
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PEER LESSON DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN TAFSIR DALAM MATERI QIRA'AH AL-QUR'AN
DI KELAS X-AGAMA MAN SUKOHARJO SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidika guru mempunyai peranan penting khususnya dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya sebagai fasilitator, motivator, creator, dan inovator. Sehingga pola pikir pembelajaran mengacu pada empat pilar pendidikan yang ditetapkan UNESCO yaitu Learning to know (belajar mengetahui), Learning to do (belajar melakukan), Learning to be (belajar menjadi diri sendiri), and Learning to live together (belajar hidup dalamkebersamaan).[1]
Penggunaan strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran yangdapat melibatkan aktivitas siswa. Oleh karena itu perlu adanya aktivitas siswa serta kemampuan guru dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan. Penggunaan Strategi yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar-mengajar, tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama.[2] Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan lambat. Proses pembelajaran selama ini masih terkesan hanya berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber utama dan serba tahu, sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga ceramah merupakan satu-satunya pilihan yang dianggap paling cocok dalam strategi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil pembelajaran tidak sesuai dengan harapan, karena siswa hanya memperoleh pengetahuan secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak aktif dalam memberikan informasi.
Wednesday, October 28, 2015
ESSAI: EFEK JERA KORUPTOR YANG TIDAK PERNAH MEMPAN
Ketika Anas
Urbaningrum akan tersandung kasus korupsi, serta merta mengeluarkan jurus
mempertahankan diri "gantung saya di Monas jika melakukan korupsi",
begitulah kira-kira kata yang meluncur dari mulutnya. Dan gelombang
protes-protes baik turun ke jalan maupun di media sosial sangat mewarnai dalam
menanggapi perkataan Anas tersebut, mumcullah lagu plesetan, gantung-gantung-gantung
urbaningrum, gantung Anas di puncak Monas. Akhir kisah, Anas Urbaningrum
benar-benar di prodeo KPK, dan tuntutan gantung Monas tinggal kenangan, apakah
ini sifat masyarakat yang pemaaf?.
Lalu mengapa
banyak pejabat negara ataupun tokoh-tokoh yang selama ini dikenal oleh publik
yang tersandung kasus korupsi? Baik itu dari kalangan pejabat tinggi negara,
politisi, akademisi, birokrat, maupun pengusaha. Bukankah seharusnya mereka bekerja
sebagai pembawa amanah. Diberikan kekuasaan berdasarkan kontrak sosial guna
mengurusi urusan masyarakat. Tidakkah itu pengkhianatan moral skala besar yang
sulit termaafkan? Karena korupsi mengambil hak-hak rakyat secara tidak wajar.
Yang sebenarnya bisa untuk biaya pendidikan dan kesehatan. Ternyata komitmen
memerangi korupsi hanya omong kosong.
Seorang murid
bertanya, bukankah koruptor yang beragama Islam sudah mengetahui dosa dan
bahayanya korupsi, mereka tahu ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi tentang riswah,
mengapa masih berani korupsi? Dan saya jawab dengan meminjam pernyataan
Almarhum KH. Zainuddin MZ bahwa, apa bedanya orang dahulu dengan orang
sekarang?. Orang dahulu sedikit yang mengenyam pendidikan tetapi banyak orang
yang jujur, namun orang sekarang banyak yang berpendidikan tinggi tetapi
sedikit yang berprilaku jujur. Artinya pendidikan tinggi bukan jaminan
seseorang bisa berbuat baik walaupun idelanya harus lebih baik, dan disinilah
letak kelemahan pendidikan dalam mewujudkan mental, akhlaq, karakter yang baik.
Sebagai contoh budaya menyontek, curang dalam ujian adalah diantara budaya
korupsi nilai, termasuk para pengajar yang sering "ngaji dikir",
ngarang biji dikiro-kiro (mengarang nilai dengan perkiraan nilai).
Banyak koruptor
yang sudah nyata dipenjara, mengapa masih banyak pula pejabat-pejabat lain
masih korupsi juga? Tidaklah mudah dan sederhana untuk menjawab hal tersebut,
banyak masalah yang saling mengkait, diantaranya, kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah, kampanye-kampanye
politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang
normal, proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar, lingkungan
tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”, lemahnya ketertiban hukum, rakyat yang cuek-tidak tertarik atau mudah dibohongi yang
gagal memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
Gagasan pinggir
dalam efek jera korupsi adalah pertama, hukuman berat sebagai sanksi
hukum, seperti hukuman mati, pemiskinan, pengasingan di pulau tertentu tanpa
adanya remisi sedikitpun, dan mengembalikan ke kas negara nominal 100% yang
dikorupsi. Hal ini melihat data dari ICW, bahwa tren vonis korupsi semester I
tahun 2015, rata-rata putusan pidana hanya 2 tahun 1 bulan. Rendahnya putusan
pidana tidak terlepas dari jatah remisi yang diterima terpidana korupsi. Jika
mereka bisa menerima empat kali jatah remisi seperti remisi Hari Raya Idul
Fitri, remisi 17 Agustus, remisi tahun baru, dan remisi lainnya dengan
rata-rata pengurangan hukuman 1 sampai 2 bulan. Bisa dibayangkan akan sangat
mungkin seorang terpidana korupsi tidak menjalani separuh vonis pidana yang
diterima di dalam proses persidangan.
Kedua, sanksi sosial, masyarakat akan tahu siapa saja orang yang
melakukan korupsi. Sehingga diharapkan bisa membuat jera para pelaku tindak
korupsi. Selain itu, hal ini diharapkan juga sebagai bahan pemikiran bagi
mereka yang akan melakukan tindak korupsi. Sebagai contoh: (1) Perlu dibuatkan
museum koruptor yang didalamnya terpasang replika diri koruptor, dan ditulisi
data nama anak isterinya atau keturunannya. Sehingga dari jaman ke jaman akan
terus diketahui oleh publik. (2) Dicabut hak politik seumur hidup, di KTP
tertulis EK, eks koruptor sebagaimana dulu diberlakukan untuk anggota atau
simpatisan komunis dengan kode ET, eks tahanan politik. (3) Kerja paksa sosial, seorang pelaku korupsi
dihukum buat melakukan kerja sosial seperti menyapu jalanan atau membersihkan fasilitas
umum lainnya dengan menggunakan seragam khusus. Hal ini akan memunculkan rasa
malu pada pelaku korupsi. Tiga gagasan pinggir itu barangkali terasa aneh,
tetapi dari segi efek jera akan lebih membuktikan daripada hanya sekedar di
penjara yang setiap tahun mendapat beberapa kali remisi.
(dikirim untuk berpartisipasi gerakan anti korupsi KPK 2015)
Saturday, May 30, 2015
PESANTREN: BENTENG GERAKAN RADIKALISME – VANDALISME
Sunday, November 9, 2014
DIKLAT ONLINE
Diklat merupakan bagian dari pengembangan profesionalitas setiap orang untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing SDM yang kompetitif mengingat saat ini kualitas individu seseorang terutama guru dituntut untuk semakin maju, modern dan uptodate.
Salah satunya adalah diklat online, dimana seseorang tidak dibatasi ruang dan waktu yang ketat tetapi cukup meluangkan waktu dengan tidak meninggalkan pekerjaan utama. Artinya diklat online adalah sebuah terobosan dan pilihan utama untuk memudahkan orang dalam meningkatkan SDMnya karena pertimbangan waktu, tempat dan kesempatan. Oleh karena itu, diklat online sebuah keniscayaan dan kebutuhan primer yang akan datang.
Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan IT karena perkembangan IT sedemikian cepat dan canggih. IT dapat digunakan sebagai media apasaja, termasuk media pembelajaran terutama dalam penerapan kurikulum 2013. Guru dituntut kreatif, aktif dan inovatif dalam pelayanan kependidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam konteks tersebut, maka kami sangat mengapresiasikan temuan ataupun inovatif dari Bapak Sukani dengan dibukanya kelas Diklat Online (baca: diklat jarak jauh) yang berbasis IT. Meminjam istilah pakar pendidikan saatnya mengembangkan e-learning dalam melayani masyarakat bidang pendidikan.
Diklat ini sangat berharga dan membuka cakrawala atau sudut pandang baru bahwa IT sangat dekat dengan aktifitas guru atau para pegiat dunia pendidikan. Dengan diklat ini, berharap mampu mengembangkan lebih dalam lagi karena bagaimanapun materi diklat tidaklah berhenti pada saat itu saja tetapi selalu berkembang dan terus berkembang.
Majulah Guru Indonesia…..
Thursday, October 16, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)